Ini sangat bergantung dengan keputusan, apakah Inggris akan keluar atau tetap berada di Uni Eropa. Peristiwa ini disebut dengan Brexit atau Britain Exit.
Ekonom Kenta Institut Eric Sugandi menjelaskan, peristiwa ini memberikan pengaruh terhadap Indonesia, lewat jalur keuangan internasional, yaitu melalui pergerakan dana asing di bursa saham, nilai tukar, dan pasar obligasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika Inggris stay di Uni Eropa, maka ada sentimen positif bagi mata uang poundsterling dan euro dan mata uang negara-negara lainnya (termasuk rupiah)," jelas Eric.
Penguatan mata uang tersebut, termasuk rupiah, karena adanya sentimen positif. Dalam persepsi investor, terjadinya Brexit akan menimbulkan kekacauan pasar finansial.
"Kalau no Brexit reaksinya positif karena kekacauan pasar finansial di Eropa bisa terelakkan. Kalau ada Brexit, stock market dan mata uang UK dan EU bisa terpukul," paparnya.
Lana Soelistianingsih, Analis Samuel Sekuritas memperkirakan terjadinya Brexit, maka IHSG bisa jatuh cukup dalam dan kemudian bergerak stagnan di level rendah, yakni 4.500. Sedangkan dolar AS di level Rp 13.800.
"Tapi ini hanya bersifat sementara, Jumat panik, kemudian pekan depan beberapa hari kemudian rebound lagi dan ya pergerakannya akan stagnan pada level rendah," imbuh Lana.
"Kalau tidak terjadi Brexit, maka rupiah akan menguat sedikit dari yang sekarang. IHSG juga berada dalam tren positif," terangnya.
Masih belum paham soal Brexit? Simak di berita ini. (mkl/drk)