Kelola 1,2 Juta Lahan Perkebunan, BUMN Ini Rugi Rp 615 M di 2015

Kelola 1,2 Juta Lahan Perkebunan, BUMN Ini Rugi Rp 615 M di 2015

Ardan Adhi Chandra - detikFinance
Senin, 18 Jul 2016 18:00 WIB
Foto: Ardan Adhi Chandra
Jakarta - PT Perkebunan Nusantara III (Persero) (PTPN III) tahun 2015 mencatatkan kerugian sebesar Rp 615 miliar. Kerugian tersebut dikarenakan rendahnya produktivitas lahan seluas 1,2 juta hektar lahan perkebunan yang dikelolanya.

Direktur Utama PTPN III Holding, Elia Massa Manik menyebutkan bahwa target utama PTPN III saat ini adalah meningkatkan produktivitas lahan miliknya.

Produktivitas lahan yang dikelola PTPN baru mampu mencapai 18,5 ton per hektar dari rata-rata perkebunan swasta 24 ton per hektar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hal yang harus kita kejar pertama itu produktivitas. Jadi kalau swasta nasional itu rata-rata 24 ton per hektar untuk produktivitas, kita masih 18,5 ton. Harus kejar itu dulu," jelas Elia saat jumpa pers di Agro Plaza, Jakarta Selatan, Senin (18/7/2016).

Untuk meningkatkan produktivitas lahan yang dikelola PTPN, pihaknya akan melakukan penelitian. Pengeluaran perusahaan perkebunan tersebut juga masih terbilang tinggi lantaran untuk memenuhi biaya produksi yang tidak efisien.

"Lalu yang kedua cost. Cost harus kompetitif. Saat ini secara rata-rata dibanding dengan swasta, cost kita masih 20% lebih tinggi. Ini dua pekerjaan rumah yang harus dibenahi," kata Elia.

Pengeluaran untuk menutup biaya produksi juga berakibat dari rendahnya produktivitas lahan PTPN. Dua hal tersebut yang menjadi permasalahan utama dalam mengembangkan industri perkebunan tanah air.

"Cost besar karena produktivitas rendah. Cost mengelola satu hektar itu di mana pun sama. Kalau mereka bisa 100 dan kita 80 ya cost-nya jadi lebih gede kan," tutur Elia.

"Saya lebih suka kita bereskan produktivitasnya dulu aja," tutup Elia.

59% Pendapatan PTPN III Didapatkan dari Kelapa Sawit

PTPN III mencatat penerimaan perseroan di tahun 2015 sebesar Rp 37 triliun. Dari total penerimaan tersebut, sebesar 59% didapatkan dari penjualan kelapa sawit atau sebesar Rp 22 triliun. Pihaknya pun berharap adanya peningkatan pendapatan di tahun ini.

"Revenue Rp 37 triliun, dari Rp 37 triliun, sawit sumbang Rp 22 triliun. Tahun ini penginnya ya tumbuh setinggi-tingginya," ujar Elia.

Dengan adanya moratorium lahan sawit, dirinya tidak melihatnya sebagai hambatan. Menurutnya dengan total lahan sawit seluas 440.000 hektar masih banyak lahan yang kosong. Fokus saat ini adalah lebih ke peningkatan produktivitas lahan sawit di Indonesia.

"Semua sudah dikaji, lahan sawit kita hampir 440.000 hektar. Jadi ditanam itu aja masih banyak yang belum dilakukan," kata Elia.

Menurutnya, meningkatkan optimalisasi lahan sawit sebanyak 10% mampu meningkatkan produktivitas lahan sekaligus menambah jumlah pendapatan perseroan dari sawit.

"Kalau bisa naikkan produktivitas saja 10%. Kita fokus ke lahan ini dulu saja. Ngapain ngambil lahan lagi kalau yang ini saja belum optimal," tutup Elia. (feb/feb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads