Akibatnya, jalur penerbangan utara Jawa terbilang padat. Bila terjadi gangguan cuaca hingga gangguan abu vulkanik gunung berapi, ada potensi gangguan keselamatan penerbangan.
"Itu sudah padat. Meskipun dalam situasi normal, nggak ada masalah kalau cuaca buruk pesawat minggir ke kanan atau kiri 50 mile kena jalur lain (pesawat). Itu bisa berdampak pada keselamatan penerbangan, belum lagi ada gangguan abu vulkanik jadinya pekerjaan ATC (Air Traffic Control) makin meningkat," ujar Direktur Operasi Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) atau AirNav, Wisnu Darjono, kepada detikFinance, Rabu (20/7/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Airlines bisa lewat untuk rute Jakarta-Bali, Sumatera ke Bali pastinya sangat senang dengan jalur selatan," tambahnya.
Keuntungan Kehadiran Jalur Selatan Jawa
Kehadiran jalur selatan Jawa bisa membuat jalur penerbangan lebih aman atau safety karena jarak antar pesawat bisa relatif longgar di udara. Kemudian, ada solusi bila jalur utara Jawa terganggu oleh abu vulkanik gunung berapi.
"Untungnya, lalu-lintas pesawat pada jalur utara semakin turun. Frekuensi juga turun sehingga safety naik," sebutnya.
Kehadiran jalur selatan bisa memberikan pilihan bagi maskapai. Untuk rute seperti Jakarta-Bali misalnya, maskapai bisa terbang lebih efisien memakai jalur selatan ini. Maskapai bisa memperoleh economic saat di udara.
Economic level merupakan ketinggian di mana pesawat bisa mendapatkan ketinggian ekonomis yang dampaknya kecepatan bisa lebih optimal dengan penggunaan bahan bakar yang optimal atau lebih efisien. Economic level ini sulit dicapai pada jalur utara Jawa yang padat oleh pergerakan pesawat.
Sebagai ilustrasi, bila melalui jalur utara Jawa. Economic level pesawat adalah 35.000 kaki namun karena jalur padat, pesawat tidak diizinkan berada di ketinggian 35.000 kaki, tapi hanya 30.000 kaki. Karena lebih rendah dari ketinggian economic level, konsumsi bahan bakar pesawat bertambah.
"Misalnya economic level 35.000 feet, kalau dapat 1.000 di bawahnya, bahan bakarnya meningkat 2%. Misal hanya dapat 30.000 feet, ada selisih 5.000 di bawah economic level sehingga bahan bakar tombok 10%. Semakin jauh dari economic level semakin boros, gas buang semakin tinggi," ujarnya.
Adanya jalur selatan Jawa ini, maskapai bisa lebih leluasa mencapai economic level. Alhasil, biaya operasional ikutan turun.
Terkait jalur selatan biasa dipakai penerbangan militer, Wisnu mengaku hal tersebut telah disepakati dengan pihak TNI AU. Nantinya penggunaan jalur akan dikoordinasikan dan diatur oleh AirNav, termasuk saat adanya latihan militer di jalur selatan.
"Maskapai bisa menentukan, kalau AirNav akan melayani. Misal nanti sudah penuh, AirNav mengatur jalur yang bisa dilewati," jelasnya. (feb/wdl)