"Singapura sebagai hub tempat berkumpulnya orang dari banyak negara yang mau berbisnis di Asia, terutama ASEAN. Apalagi properti, kebutuhannya banyak sekali, bukan hanya untuk orang Singapura, tapi untuk tempat tinggal orang asing," kata Aidil Akbar kepada detikFinance di Marina Bay, Singapura, Kamis (4/8/2016).
Meski harganya semakin mahal, investasi di sektor properti akan terus tumbuh, lantaran permintaan terus merangkak naik namun lahan di Singapura terbatas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kenaikan nilai properti di Singapura sebenarnya relatif sedang dengan pertumbuhan 4-5%. Namun dengan kursnya yang stabil, untuk WNI nilai return properti bisa mencapai kisaran 10% per tahun.
Selain properti, Singapura juga menawarkan investasi di sektor pasar keuangan dan pasar modal yang tak kalah menggiurkannya dengan properti.
"Saham dan surat utang di sini kan bagus sekali, bursa sahamnya jadi patokan pasar saham di Asia. Variasi produknya juga sangat banyak sekali. Izin sangat mudah, anda punya minimal US$ 2.000 bisa langsung berinvestasi di sini, hanya perlu paspor saja, sementara di Malaysia juga menawarkan wilayah surga pajak tapi dengan syarat yang banyak," katanya.
Dia menuturkan, motivasi orang menanamkan uangnya di Singapura lebih karena investasi, bukan untuk menghindari pajak.
"Orang cenderung investasi di luar negeri untuk diversifikasi. Tak perlu berburuk sangka, atau untuk keperluan lain contohnya kalau anak sekolah di Singapura dia akan tempatkan dananya di sana sebagai properti dan deposito," terang Aidil.
"Sementara Singapura menawarkan kemudahan izin, kerahasiaan nasabah, dan juga tidak memiliki perjanjian ekstradisi dengan Indonesia, ini yang ada beberapa orang disalahgunakan. Tapi di Singapura lebih pada diversifikasi investasi," tambahnya. (ang/ang)