Singapura pernah menikmati pertumbuhan ekonomi tertinggi yang mencapai 15,2% pada tahun 2010, tapi ekonomi negara itu terus merosot. Tahun lalu pertumbuhannya hanya 1,5%.
Senior Economist DBS Bank, Irvin Seah, mengatakan penyebab kontraksi ekonomi sekaligus ancaman terbesar pada ekonomi Negeri Singa tersebut, terletak pada ketimpangan usia produktif penduduknya yang terus berkurang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengungkapkan, tahun 2015 persentase penduduk yang yang harus ditanggung pemerintah Singapura pada penduduk usia tidak produktif atau di atas 65 tahun sebesar 17,6% dari total penduduknya.
Dengan memperhitungkan usia penduduk Singapura saat ini di luar imigran, angka tersebut akan meningkat menjadi 30,1% pada tahun 2025, dan melonjak lagi menjadi 57,4% pada tahun 2050.
Irvin menuturkan, negara negara pulau tersebut bisa keluar dari krisis penduduk usia produktif jika berhasil dengan membangun digitalisasi pada berbagai aspek.
"Kegiatan ekonomi dengan inovasi digital ketimbang aktivitas fisik bisa membuat ekonomi Singapura tumbuh lebih cepat, sekaligus mengatasi masalah populasi tua dan menurunnya usia produktif penduduknya," terang Irvin. (ang/ang)