"Ndak opo opo (Tidak apa-apa), iya (legowo)," kata Risma pada wartawan, Surabaya, Jumat (5/8/2016).
Risma juga mempunyai alasan sendiri kenapa anggaran untuk pembangunan Kota Surabaya hingga 'ngendon' di bank mencapai Rp 1,851 triliun. Menurut Risma, penyebabnya adanya anggaran yang belum terserap karena proyek yang dikerjakan masih berjalan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada yang memang tidak terserap, kan ada culvert-nya, seperti dia (kontraktor proyek box culvert di Kenjeran). Kalau dia belum 100% kan belum bisa kita bayar," ungkap Risma.
Selain itu, sisa anggaran tahun lalu kembali dimasukkan ke dalam rencana APBD tahun selanjutnya sehingga ada anggaran yang belum terserap. "Kemarin SiLPA Rp 1 triliun lebih lalu pendapatan kita melebihi target tapi SiLPA itu memang kita gunakan lagi dan sudah kita rencanakan dengan mengajukan PAK ke DPRD," imbuh dia.
Walikota perempuan pertama dalam sejarah Pemerintahan Kota Surabaya ini juga menegaskan sisa anggaran yang belum terserap juga tidak bisa digunakan langsung oleh Pemkot, karena akan menimbulkan masalah hukum.
"Pedapatanku sekarang sudah di atas target, lah aku mosok salah, nanti kalau tidak tak pek tak makan dewe (Saya ambil, saya makan sendiri), aku salah terus ditangkep," ujarnya.
Bahkan Risma juga sempat menunjukkan laporan hasil PAD melalui iPad kepada wartawan. "Ini pendapatan asli daerah Rp 2,3 triliun (sambil menunjukkan PAD Surabaya melalui iPad), terus dari DAU, DAAK dari pajak hasil, pajak kendaraan bermotor dari provinsi totalnya Rp 3,9 triliun ini total jumlah penerimaan," ujar Risma. (ze/dna)











































