Demikianlah diungkapkan Jokowi saat pembukaan rapat kabinet terbatas di Istana Negara, Jakarta, Jumat (12/8/2016).
"Ingin saya tegaskan sekali lagi bahwa pembentukan holding BUMN ini bukan untuk menghilangkan BUMN. Tidak. Holdingisasi bukan privatisasi. Ini berbeda," tegasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak menghilangkan status BUMN pada perseroan yang menjadi anak perusahaan yang sahamnya di-inbreng-kan. Dan juga tidak menghilangkan atau mengurangi portofolio saham negara secara absolut. Ini tekanan ini perlu saya sampaikan supaya tidak keliru nanti," papar Jokowi.
Jokowi menambahkan, pemisahan kekayaan negara bukanlah peralihan hak dari negara kepada BUMN atau nama lain yang sejenisnya. Kekayaan negara yang dipisahkan tersebut masih tetap menjadi kekayaan negara sebagai pemegang saham.
"Pembentukan holding BUMN ini justru kita ingin memperkuat BUMN sehingga BUMN bisa keluar kandang, bisa menjadi perusahaan kelas dunia dan saya harapkan bahwa pengelolaan BUMN dijalankan berdasarkan paradigma yang menempatkan BUMN sebagai sebuah korporasi bisnis," pungkasnya. (mkl/ang)











































