Pangkas Anggaran K/L, Sri Mulyani: Saya Banyak Terima SMS Minta Negosiasi

Pangkas Anggaran K/L, Sri Mulyani: Saya Banyak Terima SMS Minta Negosiasi

Maikel Jefriando - detikFinance
Selasa, 16 Agu 2016 20:32 WIB
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengambil langkah pemangkasan anggaran belanja sebesar Rp 133,8 triliun pada 2016. Dari total tersebut, sebanyak Rp 65 triliun merupakan belanja Kementerian/Lembaga (K/L).

Atas keputusan tersebut, Sri Mulyani mengaku banyak mendapatkan pesan singkat atau SMS dari beberapa K/L, meminta agar anggaran belanja yang dipangkas tidak terlalu besar.

"Kami sudah informasikan kepada semua K/L baik terbesar hingga terkecil. Saya banyak sekali terima SMS untuk negosiasi apakah bisa dikurangi," ungkapnya dalam konferensi pers di Kantor Pusat Ditjen Pajak, Jakarta, Selasa (16/8/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya katakan, kalau kita punya uang maka tidak perlu dipotong. Ini menunjukkan bahwa kami akan tetap dengan pemangkasan Rp 65 triliun untuk K/L dan sisanya yang lain untuk daerah," jelas Sri Mulyani.

Sri Mulyani menjelaskan, keputusan pemangkasan anggaran merujuk pada proyeksi penerimaan pajak yang tidak mencapai target. Ini sudah termasuk sukses atau tidaknya program pengampunan pajak. Diperkirakan kekurangan penerimaan pajak mencapai Rp 219 triliun.

"Pemerintah pasti ada plan B, bahkan C sampai Z. Kami akan terus monitoring. Tentunya akan ada adjustment, saat ini konsentrasi kami Rp 219 triliun penerimaan shortfall 2016 dan untuk bisa kelola itu kami sudah kurangi belanja di K/L dan daerah. Saat ini kami anggap itu cukup," paparnya.

Pemerintah melalui Kemenkeu terus akan memantau realisasi penerimaan setiap waktunya. Bila ada sesuatu yang terjadi di luar perkiraan, tentu sudah ada beberapa kebijakan yang dipersiapkan. Tentunya dengan tetap mempertimbangkan kondisi pertumbuhan ekonomi dan dunia usaha.

"Tentu akan kami monitor minggu ke minggu bulan ke bulan, kalau ada kebijakan tambahan dimana tidak perlu melakukan tindakan yang merusak pertumbuhan dan confident, apa yang akan kami lakukan nanti kami lihat. Sampai saat ini kami terus berharap pada tax amnesty," terangnya. (mkl/feb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads