Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2017, posisi defisit keseimbangan primer sudah mencapai Rp 111,4 triliun.
"Hanya sebagian, nggak semua dari penerbitan utang kita dipakai untuk membayar bunga utang," terang Dirjen Pengelolaan dan Pembiayaan Risiko (Dirjen PPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Robert Pakpahan, seperti dikutip detikFinance, Kamis (18/8/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Robert menjelaskan, keseimbangan primer yang defisit tentunya sangat diperhatikan. Maka itu perlu dijaga dengan cermat. Meskipun APBN dirancang ekspansif, namun kenaikan defisit yang terjadi tidak terlalu signifikan.
"Di proposal pemerintah sudah banyak pertimbangan bahwa keseimbangan itu masih bisa di-sustain-lah. Karena ujung-ujungnya kita masih lihat rasio utang berapa. Untuk mendorong dan memastikan bahwa pembangunan infrastruktur ya diperkenankan. Mudah-mudahan tidak terus-terusan," paparnya.
Secara umum, RAPBN 2017 akan memiliki nilai belanja Rp 2.070,5 triliun, dan penerimaannya adalah Rp 1.737,6 triliun. Akan ada defisit Rp 332,8 triliun atau 2,41% dari PDB.
Hingga akhir Juni 2016, total utang pemerintah pusat tercatat Rp 3.362,74 triliun. Naik Rp 39,38 triliun dibandingkan akhir Mei 2016, yaitu Rp 3.323,36 triliun. (mkl/wdl)