"Itu soal pilihan masyarakat. Banyak yang komentar kebijakan impor jeroan dengan mengatakan saya tidak konsisten dengan perkataan atau peraturan yang sebelumnya melarang impor jenis itu. Tetapi saya tidak peduli karena impor memang karena kebutuhan rakyat," ujar Amran dalam keterangan resminya, Selasa (23/8/2016).
Menurutnya, masyarakat memerlukan daging murah dan jeroan, adalah kewajiban pemerintah menyediakan. Seandainya sudah tidak diperlukan lagi sejalan dengan kemampuan masyarakat maka kebijakan bisa berubah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di luar negeri harga jeroan misalnya sekitar US$ 1 per kg atau jauh lebih murah dari harga di dalam negeri yang berkisar US$ 7 per kg, jelas Amran.
"Jadi saya pikir yang protes itu karena ada yang keuntungannya berkurang dengan kebijakan impor jeroan itu seperti halnya daging," lanjut Amran.
Dia menegaskan, dirinya atau pemerintah konsisten untuk pentingkan idealisme dan integritas untuk bela kepentingan masyarakat.
Terkait dengan kebutuhan daging sapi, berdasarkan data BPS dan hasil rakortas 2016, perkiraan kebutuhan daging 2016 adalah 651.424 ton, dengan perkiraan produksi 441.761 ton, maka diperlukan impor sapi 600.000 ekor dan daging sapi 89.687 ton.
"Oleh karena itu bukan hanya pernyataan peraturan menteri. Bahkan Peraturan Presiden bisa diubah kalau untuk kepentingan rakyat," pungkasnya. (hns/hns)