Langkah hilirisasi ini merupakan kebijakan lanjutan pasca penertiban kapal-kapal asing dan pemberdayaan nelayan lokal.
Namun, pembangunan industri pengolahan ikan kerap menemui kendala di lapangan, terutama soal pasokan listrik dan jalur logistik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kawasan terpadu ini tersebar di 15 lokasi di seluruh Indonesia, di antaranya di Mentawai, Simelue, Nunukan, Sangi, Talaud, Tual, Timika, Merauke, Moa, Rotendao, dan Natuna.
"KKP sedang menjajaki kemungkinan beberapa terobosan melalui 15 lokasi Progam Perikanan Terpadu di beberapa lokasi, salah satunya Natuna. Itu yang kita dorong untuk kerja sama lintas kementerian lembaga, kita tarik semua ke kawasan itu," kata Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, Nilanto Perbowo, kepada detikFinance di Jakarta, Rabu (24/8/2016).
'Real estate' untuk industri pengolahan ikan yang sudah mulai dibangun di antaranya di Selat Lampa, Natuna. "Kalau kita dengar real estate, sekarang ini yang sedang terjadi di Selat Lampa, itu adalah salah satu kawasan perindustrian perikanan. Kita siapkan lahannya, kita matangkan sarana dan prasarananya. Jadi pola seperti ini yang akan kita lakukan secepat-cepatnya," dia menuturkan.
Nilanto menambahkan, sekarang ini investasi perikanan di Indonesia semakin menarik berkat kebijakan-kebijakan yang diambil Menteri Susi.
"Di kawasan di Asia, yang bagus stoknya hanya di Indonesia. Thailand dan Filipina mereka membutuhkan ikan untuk konsumsi mereka. Setelah pasca kebijakan yang baru, mereka mengetahui bahwa Indonesia adalah tempat yang bagus dan efisen untuk mendapatkan ikan," ujarnya.
Sampai pertengahan tahun 2016 ini, investasi yang masuk ke sektor perikanan Indonesia tercatat sudah Rp 4,49 triliun. Angka ini bahkan lebih tinggi dibanding capaian tahun-tahun sebelumnya selama setahun penuh.
"Jadi investasinya tumbuhnya begini, naik terus. Sekarang tahun 2016 sudah Rp 4,49 triliun sampai Juni, dari tahun 2014 selama setahun Rp 3,2 triliun, dan sekarang belum akhir tahun sudah Rp 4,49 triliun," ucapnya.
Investasi paling banyak berasal dari dalam negeri. Adapun investor asing yang masuk paling banyak dari China dan Korea Selatan. "Paling banyak itu ada dari Indonesia sendiri, lalu kedua dari RRT, dan dari korsel. Semuanya tertarik pasca kebijakan Presiden melalui Perpres 44 Tahun 2016," pungkasnya. (ang/ang)