"Tiga dari enam belas sektor ekonomi kreatif menyumbangkan lebih dari 50% kontribusi sektor ekonomi kreatif terhadap PDB nasional. Ketiganya adalah produk fashion, kuliner, dan kerajinan. Tiga hal tersebut pertumbuhannya sangat pesat, tapi masih auto pilot belum terakselerasi," ujar Triawan Munaf, saat membuka pameran ekonomi kreatif UMKM di Balai Kartini, Jumat (26/8/2016).
Ia menyebut ada beberapa faktor yang menghambat pengembangan ekonomi kreatif, salah satunya persolan ketersediaan data dan informasi untuk mengembangkan usaha. Hambatan lainnya, terkait kualitas desain dan kemasan masih lemah, persoalan infrastruktur usaha fisik yang masih lemah, terkait hak kekayaan intelektual, akses permodalan. Oleh karena itu, Bekraf sedang melakukan upaya untuk meningkatkan produktifitas ekonomi kreatif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini Bekraf sedang melakukan upaya untuk memperbaiki kualitas produk desain misalnya dengan mengirim desainer untuk tinggal di daerah tersebut. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan produksi kemasan. Bekraf juga melakukan fasilitasi akses permodalan di berbagai lembaga keuangan baik lewat bank maupun non bank.
"Peningkatan kapasitas pengelolaan keuangan usaha dan pengelolaan bisnis melalui kelas bagi UMKM kreatif, kami keliling untuk memberikan pelatihan. Apa yang kami lakukan masih jauh dari sempurna, kami nggak akan bisa lakukan semua persoalan kalau tidak bisa didukung dan bersinergi dari K/L atau BI dan Kementerian UMKM. Bekraf siap bersinergi mengembangkan ekonomi kreatif agar UMKM berdaya saing unggul dan mendunia," ujar Triawan.
Meninjau Pameran Ekonomi Kreatif
Triawan bersama Ketua Dewan Kerajinan Nasional Mufida Jusuf Kalla, dan Gubernur BI Agus Martowardojo meninjau ke pameran di Balai Kartini usai meresmikan pembukaan. Dalam peninjauannya, Mufida sekaligus ibu negara banyak singgah di setiap stand UMKM.
Ada sekitar 33 stand UMKM dari setiap provinsi untuk produk kerajinan dan makanan. Dari 33 stand tersebut ada stand 31 kain, 2 kerajinan, dan makanan khas nusantara.
Mufida dan Agus sempat membeli beberapa produk di beberapa stand produk unggulan di beberapa daerah. Saat berkeliling, Agus memakai kain tenun khas daerah NTB, dan Mufida sempat membeli beberapa tas pesta khas Lhokseumawe, Aceh.
"Berapa ini harganya," ujar Mufida.
"Dua ratus ribu bu," kata penjaga stand.
"Wah bagus terus murah ya, beli 3 ya bu," ujarnya.
Mufida, Agus dan Triawan hingga kini terus berkeliling pameran. Mufida juga sempat membeli kain songket dari daerah Sumatera saat berkeliling. (ang/ang)











































