Hal tersebut diungkapkan Utusan Dagang Perdana Menteri Inggris untuk Indonesia, Richard Graham, saat acara forum pertemuan Diskusi Kadin dengan kamar dagang Inggris, BritCham, di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta, Selasa (30/8/2016).
"Masih banyak kesempatan yang besar antara Indonesia dan Inggris. Lebih banyak kesempatan malah daripada bahayanya ke depan," kata Richard.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Presiden Jokowi sudah deal invetasi terbaru dengan Uni Eropa sebesar US$ 21 miliar (Rp 277,2 triliun), dan dari nilai itu sebesar US$ 19 miliar (Rp 250,8 triliun) dari Inggris. BP (British Petroleum) bahkan sudah komitmen (investasi) US$ 8 miliar (Rp 105,6 triliun) di Indonesia," jelas Richard yang sudah mengunjungi Indonesia sebanyak 10 kali ini.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Hubungan Internasional Kadin, Shinta Kamdani mengungkapkan hal senada. Menurutnya, menurutnya, dampak Brexit pada Indonesia tidaklah signifikan.
"Dampak dari Brexit kepada Indonesia sangat minim. Perdagangan Indonesia dan Inggris tak besar, investasi juga tidak berpengaruh. Kalau saya lihat pemerintah Inggris punya prioritas setelah Brexit, dan Indonesia itu prioritas utama salah satunya di Asia, karena pasarnya yang besar. Jadi malah lebih difokuskan," ujar Shinta.
(dna/dna)