Menurut Susi, pertemuan tertutup yang berlangsung hampir 7 jam tersebut hanya mencoba menampung dan menuntaskan masalah-masalah yang selama ini dikeluhkan pengusaha sektor perikanan dan kelautan.
"Banyak yang positif, ada yang terima kasih. Belum puas ada pemilik kapal eks asing yang mau kapalnya jalan lagi, untuk kapal asing sudah ada blacklist," kata Susi usai pertemuan, Rabu (31/8/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kapal angkut frekuensinya ditambah dari 6 kali ditambah menjadi 12 kali, kapalnya boleh jadi lebih besar. Kemudian Napoleon tidak laku inikan bukan urusan kita, kita nggak bisa ubah apa-apa. Harganya jatuh karena China larang pejabatnya makan ikan mahal," jelas Susi.
Dia menuturkan, masalah yang paling disoroti selama tatap muka dengan pelaku usaha perikanan yakni masalah pendaftaran ulang (deregistrasi) kapal-kapal yang izinnya dimanipulasi.
"(Kapal) diukur ulang, diukur ulangnya karena belum bener. Semuanya ketawa-ketawa, ada yang punya kapal 10 tapi izinnya cuma 1, itu hanya masalah organik. Persoalannya tidak semua generalisasi anggota asosiasi sama, asosiasi juga belum tentu pelaku usahanya langsung," ujar Susi. (hns/hns)











































