Direktur Pengadaan Bulog, Wahyu, mengatakan total daging kerbau yang didatangkan dari Negara Bagian Uttar Pradesh, India, telah mencapai 1.008 ton. Dari jumlah itu, sebanyak 784 ton sudah lolos dari pemeriksaan Badan Karantina Kementerian Pertanian dan siap disalurkan ke pedagang.
"Jadi yang sudah masuk 1.008 ton. Kan pemeriksaan ketat sekali dari Badan Karantina. Sehingga yang siap jual 784 ton. Itu dari angka pengadaan yang sudah kita lakukan," jelas Wahyu, ditemui di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis malam (8/9/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang sudah disalurkan ke pedagang-pedagang 450 ton. Itu yang sudah disebar ke pedagang," ucapnya.
Daging beku tersebut dibanderol dengan harga eceran tertinggi (HET) Rp 65.000/kg.
Sebelumnya, Direktur Utama Bulog, Djarot Kusumayakti, mengungkapkan penjualan akan dilakukan dengan mekanisme pasar biasa dengan menggelontorkannya lewat pedagang daging di pasar. Dengan harga eceran tertinggi (HET) 65.000/kg.
"Menggunakan beberapa model, model pertama kami ikuti mekanisme di pasar yang ada. Pedagang menengah boleh ambil di gudang kami dengan harga Rp 56.000/kg, dari harga itu Bulog itu sudah untung," jelas Djarot.
"Kemudian pedagang menengah saya minta menjual kepada pedagang lapak paling tinggi Rp 60.000/kg. Harapannya pedagang menengah sudah dapat margin Rp 4.000/kg ditambah ongkos dan segala macem," imbuhnya.
Dengan skema seperti itu, sambung Djarot, pedagang menengah sampai pedagang eceran sudah mendapat untung yang layak dengan harga sampai di konsumen Rp 65.000/kg.
Djarot menjelaskan, pedagang menengah dengan harga khusus Rp 56.000/kg yakni distributor yang membeli daging di atas 50 ton. Sementara pedagang kecil yang memborong daging kerbau di bawah 50 ton, bisa mengakses ke gudang Bulog dengan harga Rp 60.000/kg.
"Kemudian pedagang eceran kan membeli seharga Rp 60.000/kg, dia harus menjual maksimum Rp 65.000/kg ke masyarakat," terang mantan Direktur UMKM Bank BRI ini. (wdl/wdl)











































