Kendati demikian, menurut Sekretaris Jenderal Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI), Ikhwan Arif, hampir tak ada petani yang tertarik menggunakan bibit bawang merah berupa benih biji.
"Di petani yang pakai biji nggak laku, hampir tidak ada petani yang minat. Benihnya juga kalau ditanam bukan bawang yang bagus. Varietasnya yang dijual di toko tani itu yang bentuknya kayak bawang bombay," ujarnya kepada detikFinance, Minggu (9/9/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Imam Mashudi, petani bawang asal Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur menuturkan, keengganan petani menggunakan bibit biji lantaran proses masa tanamnya yang lebih lama.
Harga bibit bawang merah dari biji yang dijual di toko tani memang terbilang murah. Untuk setiap hektar lahan diperlukan 6 kilogram bibit benih, dengan harga setiap kilogramnya Rp 1 juta.
"Petani belum pakai bibit biji karena lama panennya. Pakai bibit minimal 3 bulan panen, kalau umbi 2 bulan sudah bisa dipanen. Semakin lama panennya kan biaya keluar terus, obat sama pestisida kan keluar terus kalau semakin lama tanamnya," jelas Imam.
Selain periode panen yang lebih lama, sambungnya, bibit dari benih juga perlu disemai paling tidak selama 1 bulan lamanya.
"Jadi repot kalau pakai bibit benih. Harus disemai dulu sebulan, masa tunggunya itu lama dan keluar biaya lagi. Memang harga bibitnya sih murah, sekilonya Rp 1 juta. Sudah panennya lama, harus disemai dulu," pungkas Imam. (drk/drk)