Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan), Spudnik Sudjono mengungkapkan, pihaknya berupaya keras mengubah kebiasaan lama petani dengan mengganti bibit bawang merah dengan bibit benih biji, dari kebiasaan petani sejak dulu yang mengandalkan bibit umbi.
"Agar bibit bawang murah yah dengan pakai benih (biji). Memang perlu sosialisasi lama, karena sudah terbiasa pakai umbi. Tapi di beberapa daerah sudah mulai banyak, kayak di Nganjuk dan Grobogan," jelasnya kepada detikFinance, Minggu (11/9/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu hanya orang-orang yang pengin harga bawang bibitnya tetap mahal. Ada pihak yang tidak suka, sebar isu negatif bahwa kalau pakai bibit benih capek peliharanya dan sebagainya. Kita masih perlu waktu sosialisasikan," kata Spudnik.
Diungkapkannya, meski periode tanamnya jadi lebih lama dan harus lewat penangkaran benih, bawang merah yang dihasilkan dari bibit benih menghasilkan hasil panen yang lebih baik.
Selain itu, bawang dari benih juga dianggap lebih tahan dari perubahan cuaca dan serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) atau hama.
"Memang jadi lebih lama, itu susahnya ubah kebiasaan petani. Sudah biasa cepat. Padahal kalau mau tinggalkan bibit umbi, hasilnya lebih bagus, tahan cuaca, lebih tahan dari serangan OPT," pungkas Spudnik. (drk/drk)











































