Mau Dibentuk Holding, Bagaimana Kondisi BUMN Pangan?

Mau Dibentuk Holding, Bagaimana Kondisi BUMN Pangan?

Michael Agustinus - detikFinance
Sabtu, 17 Sep 2016 14:50 WIB
Foto: Lamhot Aritonang
Jakarta - Pemerintah berencana menggabungkan BUMN-BUMN pangan mulai dari Perum Bulog, PT Sang Hyang Sri (SHS), PT Pertani, PT Perikanan Nusantara (Perinus) dan PT Perikanan Indonesia (Perindo) menjadi holding BUMN pangan.

Mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Said Didu, mengapresiasi niat baik pemerintah membentuk holding BUMN pangan yang bertujuan memajukan memperkuat ketahanan pangan nasional.

Tapi ada masalah yang mengganjal, yaitu kondisi keuangan BUMN-BUMN yang akan digabung. Said mengibaratkan holding BUMN pangan sebagai 'gabungan orang-orang sakit'. Sebab, beberapa perusahaan pelat merah yang akan dimasukkan dalam holding pangan ini berkinerja buruk.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa di antaranya, misalnya PT Sang Hyang Sri (SHS), bahkan tergolong sebagai 'BUMN sekarat'. Kalau sejumlah BUMN tidak sehat digabung, jangan-jangan malah akan menimbulkan masalah baru.

"Kondisi BUMN pangan yang mau masuk ke sana itu semuanya terseok-seok. Ini orang sakit digabung sama orang sakit. Keuangannya sangat repot semua," ungkap Said dalam diskusi di Restoran Gado-gado Boplo, Jakarta, Sabtu (17/9/2016).

Wakil Ketua Komisi IV DPR, Viva Yoga Mauladi, membenarkan pandangan Said. Dia berpendapat, BUMN-BUMN pangan tidak dikelola secara profesional. Beberapa di antaranya bahkan hidupnya bergantung pada proyek-proyek pemerintah, terus-menerus minta Public Service Obligation (PSO) dan Penyertaan Modal Negara (PMN).

"Sekarang BUMN-BUMN pangan kurang menunjukkan kelasnya. Core business mereka tidak dijalankan secara profesional. Mereka baru kerja kalau ada PSO," tuturnya.

Tapi meski terus disuntik pemerintah, BUMN-BUMN ini tak maju-maju. Buktinya, Indonesia masih tergantung pada impor benih meski ada SHS dan PT Pertani. Impor sapi juga banyak sekali walau ada PT Berdikari.

"Kita masih impor benih, kita masih impor sapi. Jadi fungsi untuk memaksimalkan BUMN di bidang pangan masih jadi PR (pekerjaan rumah) buat pemerintah," tukas dia.

Kendati demikian, holding BUMN pangan tetap dinilai perlu dibentuk. Agar holding nantinya tak mengalami masalah keuangan, Said Didu mengusulkan agar holding BUMN pangan dibentuk sebagai perusahaan baru, bukan hasil gabungan dari 'BUMN-BUMN sakit'.

BUMN-BUMN pangan yang ada dimasukkan saja ke dalam holding ini, tapi holding sendiri adalah perusahaan baru."Usul saya bentuk saja holding BUMN pangan baru dengan struktur, fungsi, mekanisme baru," pungkasnya. (hns/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads