"Indonesia sebagai suatu negara menganut devisa bebas, memang dana masuk dan keluar bisa dikatakan bebas. Untuk bisa menahan agar tak terjadi reversal dan itu tak menjadi hot money. Ini tentu bergantung kepada kondisi makro ekonomi," terang Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo dalam rapat dengan komisi XI di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (29/9/2016).
Kondisi yang dimaksud, di antaranya adalah pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, inflasi yang stabil dan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) yang surplus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Faktor lain yang harus diperhatikan adalah fiskal. Agus menjelaskan, dalam 15 tahun terakhir, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) selalu defisit. Pemerintah harus memastikan bahwa defisit harus dapat dijaga pada batas yang telah ditentukan.
"Ini sejak 15 tahun terakhir itu defisit, tapi harus dijaga agar tidak melampaui batas tertentu," imbuhnya.
Dari sisi BI, Agus mengatakan pihaknya akan berupaya untuk mencegah dana yang keluar tidak mendorong pelemahan rupiah terlalu dalam. Maka dari itu perlu penguatan cadangan devisa.
"BI akan melakukan upaya untuk mencegah reversal, yaitu menjaga cadev dan cadev itu selama setahun terakhir mengalami peningkatan. Kurs dijaga fleksibel dan mencerminkan fundamental ekonomi kita," terangnya. (mkl/dna)