Secara akumulasi periode (Januari-September 2016) juga tercatat surplus US$ 5,67 miliar dengan total ekspor US$ 104,36 miliar atau lebih tinggi dari impor yang sebesar US$ 98,69 miliar.
Khusus untuk non migas, sebenarnya neraca perdagangan surplus US$ 9,7 miliar. Namun untuk migas memang defisit sampai US$ 4,04 miliar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Surplus perdagangan terjadi antara AS Indonesia diikuti India dan Belanda," ungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto ddi Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (17/10/2016).
Produk yang diekspor cukup besar ke AS adalah tekstil, seiring dengan kebutuhan masyarakat setempat untuk menghadapi musim dingin. Peningkatan ekspor tekstil ke AS bersifat musiman.
Sementara itu, perdagangan Indonesia terhadap China masih saja defisit. China memang menjadi salah satu pasar terbesar ekspor Indonesia. Namun barang yang dipasok dari China jauh lebih besar.
Defisit perdagangan dengan China tercatat US$ 12,28 miliar. Selanjutnya adalah Thailand US$ 3,26 miliar dan Australia defisit US$ 1,13 miliar.
"Terhadap China kita masih defisit cukup besar. Terutama untuk barang non migas," tuykasnya. (mkl/ang)











































