Menurut Maeda, secara makroekonomi, Indonesia berada dalam posisi yang cukup baik. Di tengah perekonomian global, ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh secara perlahan.
"Untuk fiskal keuangan dan ekonomi makro cukup baik. Performanya juga baik. Walaupun Saat masa transisi dari SBY, untuk proyek-proyek yang direncanakan sempat mengalami kekacauan pada awalnya," terang Maeda dalam konferensi pers usai pertemuan dengan pemerintah Indonesia di Gedung Djuanda, Kemenkeu, Jakarta, Kamis (20/10/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ekonomi makro Indonesia telah melakukan hal seperti mengurangi subsidi dan dialihkan untuk investasi infrastruktur," ujarnya.
Pemerintah juga berhasil menjaga defisit anggaran tidak melebihi dari 3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahun anggaran. Sehingga pengelolaan anggaran lebih terjaga dari berbagai risiko.
"Sejak krisis, Indonesia bisa menjaga fiskal dan defisit anggaran di bawah 3%, berbagai upaya dilakukan dan upaya-upaya itu dipantau oleh berbagai pihak, termasuk JBIC," kata Maeda.
Maeda mendorong keinginan pemerintah untuk membangun Indonesia ke luar Jawa, khususnya bagian timur Indonesia. Ini bisa menjadi potensi baru dalam pengembangan ekonomi agar lebih merata ke depannya.
"Kita mendukung kebijakan pembangunan lebih mengutamakan luar jawa, khususnya timur Indonesia," imbuhnya.
Terkait dengan kerja sama JBIC dan Indonesia, Maeda menilai dapat untuk ditingkatkan. Peranan JBIC sejauh ini terdapat pada pembangunan infrastruktur, eksplorasi sumber daya alam dan penerbitan obligasi dengan mata uang yen atau Samurai Bond.
"JBIC terus membantu pemerintah Indonesia dengan skema berbagai hal," kata Maeda. (mkl/hns)











































