Didampingi Wakil Gubernur Jateng, Heru Sudjatmiko dan Bupati Jepara, Ahmad Marzuki beserta wakilnya Subroto, Enggar blusukan ke pasar dan menyempatkan berdialog dengan pedagang untuk menanyakan harga.
Dari beberapa pedagang yang dikunjungi di Pasar Pecangaan, terpantau harga sembako stabil dan hanya harga cabai yang mengalami kenaikan walau tidak banyak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foto: Angling Adhitya Purbaya |
"Tadi punya saya dibeli sekilo Rp 50.000, bu Harwati juga dibeli sekilo," kata Imroati, Minggu (23/10/2016).
Menteri beserta rombongan kemudian meninjau Pasar Bangsri. Di pasar itu kondisi harga sembako juga stabil. Enggar mengatakan, dirinya cukup lega setelah meninjau langsung harga sembako di pinggiran yang notabene membutuhkan mata rantai lebih panjang untuk pendistribusian.
"Itu pasar yang bukan langsung, bukan grosir, dan harus melalui mata rantai," kata Enggar.
Dari pantauannya di dua pasar itu, harga cabai rata-rata Rp 40.000 per kilogram, jauh dari informasi yang ia peroleh, yaitu ada cabai yang harganya menembus Rp 80.000 per kilogram.
Foto: Angling Adhitya Purbaya |
"Beberapa hari lalu ada berita nembus Rp 80.000. Ternyata tidak. Cabai memang terjadi kenaikan karena cuaca," tandasnya.
Sedangkan untuk harga beras berkisar Rp 9.000 per kilogram untuk jenis standar dan untuk jenis super berkisar Rp 11.000. Gula harga per kilogramnya masih berkisar Rp 12.500. Untuk daging sapi, mengalami penurunan dari sekitar Rp 113.000 menjadi Rp 95.000 - Rp 100.000 per kilogram.
"Ini sudah agak bisa lega," tegasnya.
Enggar menjelaskan, pemerintah memperhatikan juga soal distribusi kepada para pedagang agar harga tetap terkendali.
"Mengenai distribusi agar tidak melalui mata rantai berkepanjangan. Diharapkan bisa tekan harga sehingga pedagang dan petani untung, masyarakat juga tidak dihadapkan harga tinggi," jelasnya.
Ketika Mendag Rasakan Atap Bocor dan Tanah Becek
Hujan deras mengguyur Jepara, Jawa Tengah termasuk ketika Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita blusukan ke pasar tradisioal Bangsri. Atap bocor "menghiasi" pasar itu dan jalan becek pun jadi "karpet" para pejabat yang sedang meninjau harga sembako.
"Pasar ini ada sebelum kemerdekaan. Dulunya pasar desa di bawah pohon. Tahun 1960-an dikelola pemerintah. Dulunya pasar sembako dan pasar hewan. Tahun 1975 pasar hewan dipindah," kata Sunaryo, perwakilan pedagang pasar Bangsri kepada Enggar.
Sunaryo menjelaskan, tahun 1996 pembangunan awal pasar dilakukan. Namun usia memakan bangunan pasar sehingga saat ini kondisinya nyaris roboh. Menurutnya pasar bisa bertahan karena ada kios-kios yang dibangun para pedagang.
"Kalau tidak disangga kios, mungkin sudah ambruk," tandasnya.
Enggar merasakan sendiri kondisi pasar Bangsri sembari bertanya kepada para pedagang soal harga sembako. Sesekali ia mengamati atap terpal yang mengalirkan air dari atas dan ditampung ember di bawahnya.
Usai melakukan tinjauan, Enggar mengaku prihatin dengan kondisi pasar Bangsri. Kondisi serupa menurutnya tidak jauh berbeda dari pasar yang sebelumnya yaitu Pasar Pecangaan Jepara.
"Presiden memberikan perhatian (terhadap pasar tradisional). Seperti tadi, becek kumuh tidak sehat, berdagang sulit," kata Enggar.
Oleh sebab itu, pemerintah melakukan revitalisasi 5.000 pasar rakyat agar nyaman sejak tahun 2015. Kepada para pedagang di Jepara, pasar Pecangaan dan Bangsri akan masuk dalam prioritas.
"5.000 pasar harus saya benahi dan itu tanggung jawab yang dibebankan kepada saya. Kita data di pasar Pecangaan bahkan lebih berat dari ini. Kita lihat kemampuan anggaran, tapi yakinlah kita akan berikan prioritas setelah melihat ini langsung," kata Enggar kepada pedagang Pasar Bangsri.
Ia menjelaskan, pasar-pasar tradisional menjadi prioritas namun untuk pasar besar yang butuh revitalisasi diharapkan juga bisa dilakukan dengan menggandeng swasta. Nantinya desain revitalisasi pasar akan tetap diintervensi Kementerian Perdagangan agar standar dan menekan harga sehingga pedagang di pasar besar tidak dibebani biaya sewa tinggi.
"Pasar kecil itu lebih dibutuhkan. Kalau yang lebih besar dari ini kerjasamakan dengan swasta. Desainnya, walau dengan swasta, saya mau masuk dan intervensi, jadi kita tahu untungnya jangan banyak-banyak. Ada berbagai kasus masuk swasta kemudian ditariki (sewa) seenaknya. Saya inginnya dua lantai dengan desain yang ditentukan. Swasta boleh untung tapi jangan berlebihan," terang Enggar. (alg/drk)












































Foto: Angling Adhitya Purbaya
Foto: Angling Adhitya Purbaya