Namun demikian, kenaikan drastis harga cabai tak banyak dinikmati petani lantaran panjangnya rantai pasok. Lantas, kenapa petani tidak bisa menjual langsung hasil panennya ke pasar induk kota?
Sekjen Asoasiasi Agrobisnis Cabai Indonesia (AACI), Abdul Hamid, menjelaskan faktor keterikatan petani dengan pedagang pengepul atau tengkulak jadi salah satu sebab petani lebih suka menjualnya kepada mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selain memang lebih praktis jual ke pedagang tengkulak yang sudah biasa beli dari petani. Apalagi cabai cepat busuk, risikonya besar," imbuhnya.
Selain faktor keterikatan dengan pedagang pengepul, sambung Hamid, akses ke pasar langsung di kota besar juga tidak ekonomis dengan jumlah cabai petani yang rata-rata kecil.
Menurut Hamid, dengan harga cabai di pasar-pasar Jakarta yang berkisar Rp 60.000-70.000/kg, petani bisa menjual ke pasar induk sebesar Rp 45.000/kg. Ketimbang menjualnya ke tengkulak seharga Rp 30.000/kg.
"Sekarang begini saja, petani cabai rata-rata lahan kecil. Misalnya tanahnya hanya 2.000 meter persegi, hasilnya paling berapa ratus kilogram sekali panen. Mau kirim pakai mobil langsung ke Jakarta nggak mungkin. Nggak nutup biaya transportasinya. Sampai di Pasar Induk juga belum tentu laku," pungkasnya. (hns/hns)