Sri Mulyani menyadari bahwa beberapa sektor tengah dalam pelemahan, sebagai dampak dari kondisi global dan rendahnya harga komoditas. Sehingga penerimaan pajak dari sektor tersebut juga akhirnya tidak sebesar 5-6 tahun yang lalu. Tentunya pemerintah tidak akan memperburuk kondisi tersebut.
"Jadi kami tidak ingin ekonomi yang melemah ditekan lebih dalam lagi sehingga dia makin lemah. Itu adalah satu titik yang sangat sensitif yang buat kita pengelola fiskal akan mencari ekstensifikasi," terangnya dalam konferensi pers di Kantor Staf Kepresidenan, Jakarta, Selasa (25/10/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan demikian, Sri Mulyani menilai dunia usaha tidak perlu khawatir akan munculnya kebijakan yang justru menekan. "Ketika kami ingin meningkatkan penerimaan pajak, kami tidak ingin itu memperlemah beberapa sektor ekonomi yang mengalami pelemahan karena faktor global," pungkasnya.
Pemerintah tengah menyelenggarakan program pengampunan pajak atau tax amnesty. Antusiasme masyarakat yang menjadi peserta tax amnesty akan menjadi data yang baru sebagai potensi pajak ke depannya.
"Termasuk sebetulnya sejumlah NPWP baru yang sekarang ini muncul yang ini menggambarkan hal-hal yang akan banyak kita gali," ungkap Sri Mulyani.
Meski demikian, Sri Mulyani mengingatkan agar peserta tax amnesty tidak merasa masuk dalam perangkap. Tax amnesty adalah kesempatan bagi setiap warga negara untuk mengakui segala kesalahan agar diampuni oleh pemerintah
"Kita tidak menjebak, namun seluruh WN yang memiliki kegiatan dan kemampuan untuk membayar pajak, dia seharusnya membayar pajak, dan kami berjanji untuk memungut pajaknya dengan cara yang baik. Jadi timbul kepercayaan dari baik dari sisi pembayar pajak maupun dari sisi fiskus dan pengelola fiskal," pungkasnya. (mkl/ang)











































