Sulit Dapat Pasokan, Pedagang Baju Bekas Senen Naikkan Harga

Sulit Dapat Pasokan, Pedagang Baju Bekas Senen Naikkan Harga

Fadhly Fauzi Rachman - detikFinance
Sabtu, 29 Okt 2016 18:54 WIB
Foto: Fadhly Fauzi Rachman
Jakarta - Sejumlah pedagang pakaian bekas di Pasar Senen, Jakarta Pusat, mengaku kesulitan untuk mendapatkan pasokan barang. Pasokan ini sulit didapat setelah pemerintah memperketat aturan soal impor pakaian bekas.

"Sekarang pasokan susah, ngambil ke supplier juga jadi sedikit," ungkap salah seorang pakaian bekas di Pasar Senen, bernama Rosan saat ditemui detikFinance di lokasi, Sabtu (29/10/2016).

Menurutnya, kondisi pasar sekarang ini sangat terasa berbeda dibandingkan ketika pemerintah belum ketat terkait pelarangan tersebut. Penurunan omzet cukup terasa dibanding sebelumnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau dulu sehari bisa dapat sampai Rp 2- 3 juta perhari. Sekarang untuk dapat Rp 500 ribu saja sulit," keluh Rosan.

Selain Rosan, hal serupa juga terjadi pada pedagang pakaian bekas lainnya. Rini, seorang pedagang pakaian bekas di Pasar Senen juga mengeluhkan kalau saat ini sulit untuk mendapatkan barang.

"Kalau dulu mah lancar (dapat pasokan) masih murah, kalau sekarang sulit jadi harganya juga mahal. Sedangkan kita susah untuk jual mahal ke pelanggan," cerita Rini.

Akibat hal tersebut, Rini mengaku kalau terkadang dirinya harus menombok untuk membayar sewa tokonya yang seharga Rp 800 ribu/bulan.

"Dari pagi sampai sekarang saya baru dapat Rp 300 ribu. Sekarang memang sedang sulit, malah kadang-kadang saya nombok untuk bayar sewa toko ini, jadi kita jualan cuma buat makan doang," ungkapnya.

Kendati demikian, ada juga pedagang pakaian bekas di Pasar Senen yang mengaku tak memiliki masalah terkait omzet penjualan. Pedagang yang bernama Rozak tersebut juga mengaku tak memiliki masalah terkait peraturan pemerintah tersebut.

"Dari dulu juga setau saya memang tidak diperbolehkan (impor pakaian bekas), tapi saya biasa saja, karena memang sudah biasa. Tidak ada masalah, kondisi pasar untuk saya juga masih stabil," terang pria tersebut.

Harga Dari Pemasok Sudah Tinggi

Menurut pengakuan sejumlah pedagang, sejak pemerintah memperketat aturan impor pakaian, para suplier juga kesulitan mendapatkan barang, hingga menaikan harga jual ke pedagang.

"Iya karena sulit di dapat, makanya (suplier) menaikan harga. Kita mau enggak mau, sebagai pedagang, saya juga ikut naikan harga," ujar Rosan.

Rosan mengatakan kalau dirinya mengambil pakaian bekas per ball (per karung besar). Dalam setiap balnya, pakaian dihitung berdasarkan beratnya.

"Per balnya ada yang 80 kilogram sampai 100 kilogram. Kalau saya ambil yang 100 kilogram," terang Rosan.

Kalau dulu Rosan mengaku membayar seharga Rp 2 - 3 juta untuk mendapatkan per bal pakaian bekas, kini dirinya mengatakan perlu membaya Rp 4 -5 juta.

"Sekarang harganya segitu jadi jauh lebih mahal," kata Rosan.

Senada dengan Rosan, Iqbal yang juga pedagang pakaian bekas di Pasar Senen mengatakan kalau harga pasokan mengalami kenaikan.

"Iya perbedaannya Rp 800 ribu - Rp 1 juta lebih, tergantung mau ngambil pakaian dengan bahan seperti apa," ujar Iqbal.

Pakaian yang kebanyakan diimport dari Jepang dan Korea tersebut, menurut Iqbal memang sulit untuk didapat. Akibatnya, para suplier pun menaikan harga.

Selain itu, kedua pedagang tersebut, hal yang sama juga diutarakan oleh seorang pedagang pakaian bekas bernama Rini. Rini mengaku, pasokan sulit didapat karena ketatnya peraturan pemerintah. Dari situ, menurut Rini, menyebabkan peningkatan harga jual hingga membuat sepi pengunjung.

"Iya kan karena itu (peraturan), akibatnya jadi melebar ke mana-mana. Mulai dari pasokan sulit, harga naik, jadinya sepi pengunjung. Omzet juga jadi sedikit," keluh Rini.


(ang/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads