Menteri Pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, penyediaan infrastruktur yang layak dan memadai tidak cukup hanya mengandalkan pada pembangunan infrastruktur baru, tapi juga pada pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada.
Sayang, menurut Basuki, soal pemeliharaan infrastruktur tampaknya masyarakat Indonesia sulit diandalkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam hal pembangunan kota, kata Basuki, semangat menjaga harusnya bisa ditanamkan di benak masyarakat. Bahwa bila ingin ekonominya tumbuh, maka segenap lapisan masyarakat harus bisa menjaga dan merawat infrastruktur yang telah dibangun serta menjaga kelestarian alam di sekitar.
Ia juga mendorong adanya pembangunan perkotaan yang memperhatikan karakter budaya lokalnya. Saat ini banyak permukiman perkotaan yang tumbuh, tapi kehilangan karakter lokal. Padahal, keberagaman budaya penting untuk pembangunan berkelanjutan, guna mewujudkan kota dan pemukiman yang memenuhi berbagai fungsi untuk masyarakatnya.
"Pembangunan kota mestinya kita harapkan kota-kota yang berkarakter. Artinya bisa kita jaga sesuai dengan budaya dan lingkungannya supaya berkelanjutan. Apalagi urbanisasi sekarang ini terus berlanjut," ujar dia.
"Seperti di Bali, orang masuk ke Denpasar suasananya Bali. Tapi masuk ke Padang, suasananya seperti di Palembang, semuanya ruko. Jadi nanti kalau ke Danau Toba, mestinya yang terlihat banyak rumah gorga-nya (Rumah Gorga, Rumah Khas Batak Toba)," jelasnya.
Seperti diketahui, urbanisasi setiap tahunnya menjadi perhatian bagi pemerintah untuk bisa menjaga pengelolaan kota secara maksimal. Sebab, angka urbanisasi yang tinggi juga berpotensi meningkatkan beberapa hal yang mengurangi fungsi dari kota tersebut.
Beberapa tantangan yang dimiliki oleh perkotaan Indonesia saat ini seperti tingginya tingkat kemiskinan, tingginya masalah sosial dan kriminalitas kota, tidak terkendalinya tata ruang dan perubahan guna lahan, tidak terlaksananya pengelolaan lingkungan secara efektif dan efisien, terbatasnya sumber pendanaan untuk pembiayaan pembangunan, hingga sumber daya manusia yang tidak terkelola secara optimal. (dna/dna)











































