Peningkatan nilai tambah produk UMKM, kata Enggar, bisa dilakukan dengan memperbaiki desain kemasan. Saat ini, belum banyak pelaku usaha di sektor UMKM yang menaruh perhatian pada desain kemasan yang menarik.
Kendalanya, dari mulai kurangnya pengetahuan hingga tak adanya akses kepada industri kreatif yang fokus pada desain kemasan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita punya IDDC yang kemarin saat Trade Expo mendapatkan perhatian di pak Presiden agar IDDC berperan lebih meningkat lagi untuk membantu desain dan UMKM," ujar Mendag Enggartiasto, di Sarinah, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (31/10/2010).
Dengan kemasan yang lebih menarik, diharapkan produk yang dihasilkan UMKM memiliki nilai tambah sehingga harganya bisa lebih tinggi. Ia menyebut beberapa UMKM akan dibina dan disiapkan tempat untuk menjual produk dan disiapkan desain kemasan yang baik agar produknya diminati pengunjung.
"Kita juga sudah latih ada beberapa UMKM yang dibina untuk disipkan tempat untuk menjual produk. Ini bagian dari tugas IDDC untuk memperbaiki desainnya supaya nilai tambahnya menjadi lebih baik," ujar Enggar.
Enggar menyebut Sarinah telah dikenal oleh turis sebagai pusat pembelanjaan yang menjual produk lokal maupun kerajinan dari beberapa daerah di Indonesia. Jika, produknya didesain semakin menarik akan menambah wisatawan yang tertarik membeli.
Selain kemasan yang menarik, tempat usaha yang strategis juga penting untuk dipertimbangkan. Sarinah, menurut Mendag, merupakan salah satu lokasi yang potensial untuk dijadikan lokasi pengembangan UMKM.
"Turis asing pun sudah tahu tempatnya jadi ini sebagai destinasi. Kita mintakan Sarinah dan IDDC melakukan kerjasama sehingga produk yang dihasikkan dari kolaborasi para seniman dan UMKM ini mendapatkan tempat dari pameran dan pesanannya juga tinggi ((iddc)," kata Enggar.
"Supaya buyers itu akan datang, mereka itu bisa melakukan transaksi untuk ekspor," kata Enggar.
Setelah diberi pelatihan, maka pelaku UMKM ini akan mendapatkan tempat untuk menjual produknya di Sarinah. Namun, para pelaku akan diberikan biaya kontribusi atau bagi hasil antara Sarinah dan pelaku usaha.
"Cara pembinaannya mereka dapat tempat mereka bagi hasil," ujar Enggar.
Saat blusukan, Enggar sempat bertemu dengan beberapa penjual yang unik salah satunya gelang kayu Gaharu asal Kalimantan dan Papua. Gelang tersebut bernilai jual tinggi sekitar Rp 2 juta hingga mencapai Rp 100 juta.
Enggar sempat merasakan keharuman gelang kayu Gaharu itu ketika dibakar yang mengeluarkan keharuman aroma terapi. Enggar mengatakan, untuk menjaga perdagangan petani tersebut harus dipastikan tidak terkena rugi sehingga mau terus memanen.
"Kita minta Sarinah untuk menjadi traders dari produk tertentu yang dihasilkan misal Gaharu, kita minta Sarinah menjaga agar petaninya nggak dirugikan," kata Enggar.
Ia juga sempat meninjau busana muslim, menurutnya permintaannya besar dari warga timur tengah yang ada di Jakarta. Oleh karena itu, ia berharap potensi tersebut dapat dikembangkan bersama Kementerian Pariwisata.
"Di lantai 3 busana muslim yang luar biasa, demandnya besar dari Malaysia dan Timur Tengah. Akan kita dorong turis di sini banyak yang datang, cukup banyak yang tinggal di Kelapa Gading," kata Enggar.
Ia berpesan agar produk Sarinah memiliki peningkatan penjualan. Hal itu dilakukan misalnya harus ada beberapa produk kerajinan dari seluruh Indonesia sehingga turis yang datang dapat mencari kerajinan khas Indonesia.
"Terkait sales-nya dia harus meningkat, maka dia bisa jualan macam-macam ada identitas Sarinah ini dengan pusat perbelanjaan produk kerajinan Indonesia. Dimana pun mau mencari batik di daerah mana pun itu Sarinah bisa menjadi satu tempat yang turis tuju," kata Enggar. (dna/dna)