Dalam sambutannya, Sri Mulyani memberikan apresiasi terhadap seluruh jajaran DJP karena telah berusaha untuk mencoba mengamankan penerimaan negara.
Kendati demikian, Sri mulyani mengatakan, kalau penerimaan negara masih jauh dari yang diharapkan. Hal itu dilihat dari data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), yang menilai jika perekonomian RI mengalami pelemahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh karenanya, lanjut Sri Mulyani, jika dilihat dari dasar pertumbuhan ekonomi yang masih lemah, maka penerimaan rutin harus diamankan serta ekstra effort yang harus ditingkatkan.
"Saya ingin Kanwil dan Kepala kantor mengecek lagi dari yang disebut penerimaan rutin basisnya, berdasarkan kondisi ekonomi faktual. Untuk Pratama dan Madya, saya ingin meminta lebih keras, karena saya tahu konsumsi masyarakat masih tumbuh sehat," kata dia.
"Sedangkan dari sisi ekstra effort kita akan melihat dari kombinasi dua hal, pertama Kita akan menggunakan tax amnesty dan kedua dari data ekonomi makro, regional, dan sektoral," imbuhnya.
Dirinya juga meminta, supaya Dirjen Pajak dan Kepala BKF untuk memberikan seluruh data dari setiap jajarannya, supaya dapat memberikan gambaran konkrit terkait dengan penerimaan yang bisa diperoleh dari data ekonomi makro, regional, sektoral, maupun data amnesti pajak.
"Saya bukannya tidak ingin kepala kantor tiba-tiba pendapatannya naik dapat angkanya dari langit. Hari ini ngelamun, minum kopi enak, makan pisang goreng terus dapat angka dari langit. Itu bukan ekstra effort, itu namanya nujum. Jadi saya maunya data faktual dari sisi ekonomi makro nasional, regional bahkan provinsi kalau ada," katanya sambil tertawa.. (dna/dna)











































