Donald Trump Menang Pilpres AS, Dua Hal Ini Kemungkinan Besar akan Terjadi

Donald Trump Menang Pilpres AS, Dua Hal Ini Kemungkinan Besar akan Terjadi

Muhammad Idris - detikFinance
Rabu, 09 Nov 2016 19:37 WIB
Foto: REUTERS
Jakarta - Donald Trump, dari Partai Republik, memenangi Pilpres Amerika Serikat (AS). Trump mengalahkan Hillary Clinton, kandidat dari Partai Demokrat. Jika menengok ke belakang selama masa kampanye, Donald Trump telah mengindikasikan sejumlah kebijakan yang akan dibuat.

Pertama, menurunkan tingkat pajak. Khususnya bagi para orang kaya agar memberikan insentif bagi mereka untuk dapat meningkatkan aktivitas bisinisnya. Kedua, Trump berencana untuk mengurangi atau memperketat imigrasi dan perdagangan bebas dengan negara lain.

Kebijakan pada poin kedua akan berdampak negatif pada masyarakat menengah ke bawah karena dengan diperketatnya perdagangan bebas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Berarti harga di Amerika akan menjadi lebih mahal lantaran barang-barang murah sebagian besar berasal dari negara-negara lain (impor)," ujar Ekonom INDEF, Dzulfian Syafrian, kepada detikFinance, Rabu (9/11/2016).

Sedangkan kebijakan pada poin pertama justru sangat pro terhadap orang menengah atas, khususnya orang kaya. Konsekuensinya, ketimpangan pendapatan antara si kaya dan si miskin akan semakin lebar sehingga tidak baik bagi keberlanjutan kondisi sosio-ekonomi mereka.

Jika kebijakan memperketat perdagangan bebas (proteksionisme) benar-benar dilakukan Trump, maka perekonomian dunia pasti akan terkena imbasnya. Karena, AS adalah perekonomian terbesar dunia dan juga negara paling powerful baik secara politik dan militer.

Oleh karena itu, menurut Dzulfian, dua hal yang kemungkinan besar akan terjadi ke depannya adalah: tingginya ketidakpastian dan memburuknya ancaman deglobalisasi.

"Kemenangan Trump ini, plus ditambah Brexit kemarin, akan menginspirasi politisi anti-globalisasi seperti mereka untuk semakin percaya diri memenangkan pemilu di belahan negara lain. Contoh, Le Penn di Pilpres Perancis," tutur Dzulfian, yang juga kandidat Doktor Durham University Business School. (hns/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads