Ada 3 hal pokok yang dibahas dalam sidang DEN ke-19 ini. Pertama adalah persiapan pelaksanaan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN). Yang menjadi tantangan utama dalam pelaksanaan RUEN ini adalah, bagaimana mengejar target 23% energi baru terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional di 2025.
"Pada sidang DEN ke-19 yang baru saja selesai, hadir 8 anggota DEN. Terkait RUEN, ketika nanti sudah ditandatangani oleh Presiden, maka langsung dilakukan sosialisasi. Ada yang menjadi tantangan, EBT 23% di 2025. Sudah dilakukan sosialisasi ke kementerian dan lembaga untuk masuk ke rencana kerja mereka di 2017 dan seterusnya," ujar Anggota DEN, Dwi Hary Soeryadi, dalam jumpa pers di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (14/11/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk gas ada 3 hal yang jadi pokok, pertama transparansi, kedua mata rantai, ketiga harga gas dari lapangan-lapangan mature. Transparansi, dari hulu sampai hilir harus dilakukan, buka-bukaan struktur biayanya sehingga harga bisa bersaing di regional. Terkait mata rantai sudah ditetapkan dalam Permen ESDM 06/2016 dengan menghilangkan trader selambat-lambatnya Februari 2018," paparnya.
Lalu soal program 35.000 MW, DEN memperkirakan hanya 19.700 MW saja yang dapat dirampungkan sampai 2019. Tetapi hal itu tidak perlu dikhawatirkan, tidak akan terjadi krisis listrik pada 2019. Sebab, program 35.000 MW dibuat dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 7% per tahun, sedangkan pertumbuhan ekonomi dalam 2 tahun terakhir masih di kisaran 5%.
Dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah, maka tambahan pasokan listrik yang dibutuhkan untuk mendukung industri juga jadi lebih sedikit. Kata Jonan, 19.700 MW saja sudah cukup.
"Di 2019 diperkirakan mencapai 19.700 MW minimal dengan berbagai pertimbangan, terutama dari sisi pertumbuhan ekonomi yang diambil adalah 6%," tutupnya. (wdl/wdl)











































