Buntut Minyak Murah dan Sanksi AS, Ekonomi Rusia Masih Resesi

Buntut Minyak Murah dan Sanksi AS, Ekonomi Rusia Masih Resesi

Wahyu Daniel - detikFinance
Selasa, 15 Nov 2016 12:12 WIB
Buntut Minyak Murah dan Sanksi AS, Ekonomi Rusia Masih Resesi
Foto: Internet/Royalty-Free/Corbis
Moscow - Dalam dua tahun terakhir ini, ekonomi Rusia mengalami krisis. Pemerintah Rusia berharap, krisis ekonomi dan resesi akan berakhir di akhir tahun 2016 ini.

Badan statistik negara Rusia, Rosstat, menyatakan pertumbuhan ekonomi Rusia berkontraksi alias minus 0,4% pada kuartal III-2016.

Angka ini memang lebih baik dari dua kuartal sebelumnnya. Pada kuartal I-2016, ekonomi Rusia minus 1,2% dan kuartal II-2016 minus 0,6%. Ini merupakan krisis ekonomi terlama yang terjadi sejak Vladimir Putin menjadi Presiden pada 16 tahun yang lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilansir dari AFP, Selasa (15/11/2016), krisis ekonomi di Rusia berawal pada akhir 2014 lalu, saat harga minyak anjlok, dan negara ini terkena sanksi Amerika Serikat (AS) dan sekutunya di Eropa, karena campur tangan Rusia dalam konflik di Ukraina.

Resesi yang terjadi membuat harga-harga naik dan akhirnya menghantam daya beli warga Rusia, khususnya mereka yang miskin.

Pekan lalu, Menteri Ekonomi Rusia, Alexei Ulyukayev, memprediksi pertumbuhan ekonomi akan positif di kuartal IV-2016 ini. Pertumbuhan ekonomi Rusia diprediksi minus 0,6% di tahun ini. Namun akan tumbuh 1% di 2017 nanti.

Saat ini, hampir semua sektor ekonomi di AS, seperti perbankan, minyak, dan pertahanan, terkena sanksi AS dan sekutunya di Eropa. Ini menyebabkan sektor-sektor tersebut sulit mencari pendanaan.

Belum jelas bagaimana nasib sanksi tersebut pasca terpilihnya Donald Trump sebagai presiden baru AS. Namun Trump dan Putin sudah berbicara di telepon membahas hubungan kedua negara tersebut.

"Kami memperkirakan dalam 3 tahun ke depan, kondisi eksternal akan tetap sulit untuk ekonomi kami. Dan kondisi domestik kami juga tidak bagus," kata Gubernur Bank Snetral Rusia, Elvira Nabiullina.

Bank sentral meminta pemerintah Rusia melakukan reformasi struktural, termasuk mengurangi ketergantungannya dari minyak dan gas. (wdl/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads