Melihat Ekonomi RI dari Sudut Pandang Bank Asing

Melihat Ekonomi RI dari Sudut Pandang Bank Asing

Maikel Jefriando - detikFinance
Rabu, 16 Nov 2016 17:58 WIB
Foto: Maikel Jefriando-detikFinance
Jakarta - Ekonomi dunia masih melambat. Banyak negara yang sulit melarikan diri dari situasi tersebut sehingga ikut melambat bahkan menyentuh level kritis. Indonesia cukup berhasil menghindar dengan ekonomi yang terus tumbuh positif di atas 5%.

"Pertumbuhan ekonomi 5% ini tidak terlalu buruk sebetulnya, karena jika kita bandingkan negara berkembang lainnya, Indonesia masih bagus," kata Suan Teck Kin, Ekonom Senior UOB Group dalam seminar di Hotel Kempinski, Jakarta, Rabu (16/11/2016).

Ekonomi yang tumbuh ditopang oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang masih stabil. Ditambah dengan agresivitas belanja pemerintah dan masuknya investasi asing cukup besar untuk menutupi kondisi ekspor yang masih negatif.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemerintah diharapkan terus konsisten dalam deregulasi yang tergambar dalam 14 paket kebijakan ekonomi. Ini sangat disorot oleh investor asing, terutama yang akan masuk ke infrastruktur. "Penting bagi pemerintah untuk terus menjalankan momentum investasi asing untuk mencapai 5,3 sampai 5,8% dalam beberapa tahun ke depan," tegasnya.

Akan tetapi ada beberapa catatan yang seharusnya diperhatikan pemerintah. Menurut Kin, Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan cukup drastis, namun belum berdampak signifikan terhadap investasi. Penyebabnya adalah permintaan kredit memang tidak sebesar yang dibayangkan. "Link antara suku bunga yang rendah dengan investasi tampaknya tidak berjalan baik," imbuhnya.

Kalangan dunia usaha di Indonesia sedang berada dalam pergeseran industri dari konvensional ke digital. Seiring dengan arah permintaan konsumsi masyarakat. Dalam perubahan ini dibutuhkan konsolidasi produk agar bisa mengikuti permintaan. "Saat ini kita geser konsumsi kita secara online. Dan kita belum menangkap ini," ujar Kin.

Ekonomi Indonesia di tahun 2017 diperkirakan tumbuh stabil di kisaran 5,2% sekalipun pertumbuhan ekonomi global melambat atau lebih tinggi dari proyeksi pada 2016 yang sebesar 5%.

Kin menambahkan, hal lain yang perlu diperhatikan oleh pemerintah adalah dampak dari terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS. Dalam konsep perdagangan yang proteksionis yang dikampanyekan akan memukul China. Pada gilirannya akan berlanjut ke Indonesia.

Kedua negara tersebut merupakan mitra dagang utama Indonesia. AS dalam beberapa tahun terakhir menjadi pangsa pasar ekspor utama, sedangkan China memasok banyak barang baku dan penolong ke Indonesia. "Kita harus hati-hati dan ikuti secara ketat," ujarnya. (mkl/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads