Menurut Menteri Koordinator Kemaritiman, Luhut Panjaitan, pada 21 Desember nanti pemerintah akan membahas proyek kereta kencang dengan pihak Jepang.
"Menyangkut kereta semi cepat Jakarta-Surabaya, itu juga prosesnya sedang kita siapkan. Tanggal 21 Desember akan ada pertemuan kami di Jepang untuk memfinalisasi ini. Kalau memang itu jadi, tentu masih banyak pilihan-pilihan lain. Tapi kelihatannya Jepang ini menjadi salah satu pilihan yang menarik," ujar Luhut usai bertemu Jokowi di Istana, Kamis (17/11/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Studi kelayakan akan mulai pada Januari 2017 dan diharapkan bisa selesai dalam waktu dekat, misalnya 6 bulan. Namun, Luhut menegaskan, jangka waktu 6 bulan itu bukan sesuatu yang pasti karena secara teknis ada beberapa hal yang perlu dikaji lebih mendalam.
"Misalnya, beloknya terlalu tajam musti dilurusin, hampir 900 underpass yang harus dibuat. Nah semua menyangkut masalah teknis yang perlu dihitung dengan cermat," kata Luhut.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi, mengatakan penawaran itu diberikan kepada negara yang memiliki kapasitas di bidang kereta api.
"Kita beri kesempatan ke banyak negara, ya mereka-mereka yang memiliki kemampuan di sektor kereta api. Bisa dari Eropa, Amerika Serikat (AS), bisa dari China," ujar Budi Karya, di Istana Negara, Jalan Veteran, Jakarta, Selasa malam (8/11/2016).
Luhut menambahkan, saat ini Kemenko Kemaritiman bersama Bappenas sedang membahas beberapa hal soal kereta kencang ini. Pertama, soal pinjaman, apakah government to government atau business to business. Kemudian, soal berapa besar bunga pinjaman yang dikenakan.
"Sekarang kita itu tawarannya itu dengan bunga 0 koma sekian persen. Itu 10 tahun grace period dan 40 tahun pembayaran, jadi 50 tahun," tutur Luhut.
Kedua, soal penggunaan kandungan lokal (local content) harus lebih besar. Ketiga, pihak Indonesia juga harus ikut dalam proses merancang sehingga bisa mengetahui berapa besar biayanya. (hns/mkl)











































