Plesetan di APEC, TPP Jadi Trump Pacific Partnership

Laporan dari Lima

Plesetan di APEC, TPP Jadi Trump Pacific Partnership

Angga Aliya ZRF - detikFinance
Senin, 21 Nov 2016 08:11 WIB
Foto: Dokumentasi Setwapres
Lima - Sejumlah kepala negara berkumpul di Lima, Peru, untuk mengikuti serangkaian acara APEC Summit 2016 sejak Sabtu 18 November kemarin. Pertemuan digelar di Lima Convention Center (LCC).

Para kepala negara yang hadir antara lain Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama, PM Malaysia Najib Razak, Sultan Brunei Darrusalam Hassanal Bolkiah, Presiden China Xi Jinping, Presiden Filipina Rodrigo Roa Duterte, dan beberapa kepala negara lain.

Perwakilan dari Indonesia adalah Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) yang sudah hadir di Lima sejak Jumat. Hal paling penting dibahas adalah melambatnya perekonomian dunia dan kebijakan baru Presiden AS terpilih Donald Trump.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Trump diprediksi akan melakukan proteksi terhadap negaranya, sehingga dikhawatirkan akan merusak hubungan dan kerja sama antar negara yang sudah terjalin selama ini.

Bahkan sampai dibahas pula mengenai bagaimana sikap Trump dalam Trans-Pacific Partnership (TPP) alias Kemitraan Trans-Pasifik.

Itu awalnya adalah perjanjian dagang antara Brunei, Chili, Selandia Baru, dan Singapura. Tujuannya mendorong liberalisasi negara-negara di kawasan Asia-Pasifik.

TPP pun diperluas dengan menambah anggota baru seperti Australia, Kanada, Jepang, Malaysia, Meksiko, Peru, Amerika Serikat, dan Vietnam pada Agustus 2013.

Indonesia sendiri masih belum memutuskan apakah akan ikut dalam TPP atau tidak. Nah, isu mengenai TPP ini santer dibahas di pertemuan para petinggi APEC. Sampai-sampai muncul plesetannya.

"Dibahas juga mengenai TPP, apakah Amerika (Serikat) akan tetap ikut atau bagaimana. Masalah yang timbul justru nanti kalau Trump tidak ikut TPP," kata JK, usai menggelar pertemuan dengan para kepala negara di LCC, Sabtu (19/11/2016).

"Saking seringnya dibahas TPP ini sampai muncul plesetannya, TPP itu jadi Trump Pacific Partnership. Tapi itu bukan dari saya yang ngomong," kata JK sambil tertawa.

Menurut JK, jika Trump kemudian memutuskan untuk tidak ikut TPP, maka yang bisa dilakukan para negara anggota APEC adalah memperkuat hubungan antara negara-negara yang selama ini sudah terjalin.

"Semua sepakat untuk saling meningkatkan dan pertanyaan yang sama sebenarnya rata-rata kita saling bertanya tentang kelanjutan TPP. Tetapi, kita semua juga sepakat untuk sama-sama menunggu AS, karena tanpa itu juga sulit kita untuk melanjutkan," ujar Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, di Lima, Peru, Jumat (18/11/2016).

Menurut Enggartiasto, negara-negara anggota APEC sepakat saling meningkatkan kerja sama perdagangan. Namun, tetap memperhatikan kebijakan AS setelah Donald Trump resmi dilantik sebagai Presiden pada 20 Januari 2017 nanti.

Seperti diketahui, Indonesia juga berencana gabung dalam TPP. Keinginan ini disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat bertemu Presiden AS Barack Obama pada Oktober 2015 lalu. (ang/wdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads