Lewat Program Ini, Buah Lokal Dikembangkan Agar Berkualitas Ekspor

Lewat Program Ini, Buah Lokal Dikembangkan Agar Berkualitas Ekspor

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Kamis, 24 Nov 2016 20:38 WIB
Foto: Eduardo Simorangkir
Jakarta - Kurangnya daya saing maupun penanganan produksi buah dalam negeri kerap menjadikan buah-buahan RI sulit bersaing dengan produk luar. Padahal, ada banyak varietas yang bisa dihasilkan dari tanah subur yang dijumpai di seluruh pelosok negeri ini.

Sebagai upaya meningkatkan daya saing produk-produk dalam negeri, pemerintah melalui Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menginisiasi program penguatan Lembaga Litbang melalui program Pengembangan Pusat Unggulan iptek (PUI). Kemenristekdikti telah menetapkan empat PUI yang secara spesifik ditetapkan sebagai pusat pengembangan pangan unggulan pada 2013 hingga 2015.

Satu dari keempat PUI tersebut adalah PUI Hortikultura Tropika IPB yang telah menghasilkan berbagai varietas tanaman hortikultura, diantaranya adalah varietas pepaya, manggis, dan juga jeruk.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktur PUI IPB Hortikultura Tropika, Darda Efendi mengatakan, untuk buah Jeruk misalnya, permintaan pasar selama ini didominasi oleh buah Jeruk yang berwarna jingga atau oranye. Sementara buah Jeruk di Indonesia didominasi yang berwarna hijau, dan kurang disukai oleh masyarakat. Hal ini membuat PUI Perguruan Tinggi IPB Hortikultura Tropika membuat rekayasa genetika yang bisa menghasilkan produk jeruk berwarna jingga, meski tidak ditanam di suhu tinggi.

"Masalah kita di Jeruk, warnanya hijau. Sedangkan jeruk impor berwarna jingga dan menarik. Jadi ingin kami kembangkan, jeruk kita yang berwarna hijau bisa juga berwarna menarik, untuk mensubstitusi jeruk impor tadi," kata dia saat jumpa pers di Gedung D Kemenristekdikti, Jakarta, Kamis (24/11/2016).

"Sekarang sudah ada teknologi yang bisa menghasilkan selera pasar tersebut, di mana masyarakat menginginkan jeruk berwarna jingga. Karena jeruk berwarna jingga biasanya hanya bisa tumbuh di daerah dengan bersuhu rendah pasca panennya supaya bisa berwarna jingga. Walaupun memang tidak semua orang menyenangi jeruk berdasarkan warna jingga tadi," tambahnya.

Kemudian manggis, sering kali ditemukan hambatan dalam ekspor, karena kerap ditemukan getah kuning di dalam buah, meski jika dilihat dari luar tampak bagus. Hal ini tidak disukai oleh para importir.

"Kendala kita dalam ekspor, kita sering kecewa kalau beli manggis, kalau kita buka, isinya sering getah kuning. Karena pembeli sering kecewa kalau luarnya mulus, tapi dalamnya kuning. Sehingga kita buat penelitian untuk mengendalikan getah kuning itu. Dan sudah ada juga teknologi untuk menurunkan getah kuning itu," tutur dia.

Untuk pengembangan potensi buah di Indonesia, kata dia masih memerlukan upaya yang cukup panjang. Yang paling awal harus dipikirkan menurutnya adalah dari penelitian buah-buahan atau sayur-sayuran bibit unggul yang bisa menjadi ciri khas dari wilayah di Indonesia, tentunya dengan dukungan dari masyarakat di Indonesia yang juga harus mulai menyukai produk dalam negeri. Dengan cara ini diharapkan pasar buah Indonesia bisa bersaing di tingkat internasional.

"Kami sangat berkeinginan buah-buahan Indonesia atau nusantara bisa menguasai pasar lokal dan kalau bisa jadi eksportir terbesar. Tapi jalan ke situ masih cukup panjang karena kita harus membuat kebun-kebun baru dan membentuk pasar sendiri. Kalau pasar di Thailand sudah punya produk-produk yang bagus, kita harus kembangkan buah-buah spesifik Indonesia supaya bisa kita ekspor dikenal sebagai buah khusus Indonesia," tandasnya. (hns/hns)

Hide Ads