Selain itu, sejumlah kebijakan serta pertumbuhan ekonomi negara maju, seperti Amerika Serikat (AS) contohnya. Dengan terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS yang baru juga mempengaruhi kondisi perekonomian global, termasuk Indonesia.
Lebih lanjut, implementasi Brexit kemudian perlambatan ekonomi China serta kondisi geopolitik dunia juga menjadi salah satu tantangan bagi Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Indonesia menganut rezim devisa bebas. Dan, ini kita yakini satu fundamental yang kita teruskan. Maka nggak boleh main-main dengan devisa bebas. Misalnya melarang beli dollar ini enggak boleh akan kena punishment. Misalnya dalam 2 bulan ada incoming portofolio di Indonesia maka syaratnya harus yakin kepada Indonesia. Maka prinsip devisa bebas ada risikonya dan ini harus kita perhatikan," ungkap Suahasil di Hotel Aston, Bogor, Sabtu (26/11/2016).
Dengan menganut rezim devisa bebas, terang Suahasil, maka investor bisa bebas bergerak masuk ke Indonesia. Dalam gejolak ekonomi global, sejumlah investor juga mencari tempat baru untuk menentukan di mana nantinya mereka akan menaruh asetnya.
Oleh karenanya, dalam kondisi seperti itu, lanjut Suahasil, Indonesia perlu menjadi tempat yang berbeda dengan lainnya.
"Karena premis dasar yaitu aset akan mencari tempat baru. Kalau mereka mencari tempat baru kita ingin Indonesia menjadi tempat berbeda dengan lain. Sehingga ketika mereka melihat Indonesia berbeda," terangnya.
Oleh karenanya, lanjut Suahasil, rezim devisa bebas ini dianggap tidak perlu untuk diutak-atik. Sebab, Indonesia dinilai sangat dekat dengan pasar keuangan, dan pembiayaan pemerintah sebagian besar didapat dari pasar keuangan itu sendiri.
"Rezim devisa bebas kalau kita akan ganti, maka kita akan bisa kena punishment bagi pasar karena kita sudah terlalu dekat dengan pasar. Kita dekat karena pembiayaan pemerintah itu dari pasar. Jadi ada confidence kalau kita orang taruh di pasar keuangan," terang dia.
"Kalau dia (pelaku pasar) bilang mau tarik apa nggak, jadi mereka lihat ekonomi kita seperti apa. Jadi bukan restriksi, tapi pengaturan. Jadi dia enggak hanya hitam dan putih. Ini harus kita lihat lagi untuk rezim devisa bebas," tutupnya. (hns/hns)