Jumlah Peternak Rakyat Terus Merosot, Dari 2,5 Juta Orang Jadi 170.000 Orang

Jumlah Peternak Rakyat Terus Merosot, Dari 2,5 Juta Orang Jadi 170.000 Orang

Muhammad Idris - detikFinance
Senin, 28 Nov 2016 15:56 WIB
Foto: Muhammad Idris
Jakarta - Kondisi peternak rakyat, khususnya unggas, saat ini bisa dibilang cukup memperihatinkan. Satu per satu gulung tikar lantaran terus merugi, membuat jumlah peternak rakyat terus merosot.

Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN), Sugeng Wahyudi, mengatakan masuknya perusahaan peternakan ayam integrator bermodal besar membuat peternak rakyat sulit bersaing dan akhirnya kolaps.

Perusahaan peternakan integrator merujuk pada perusahaan besar yang menguasai industri perunggasan dari hulu sampai hilir seperti DOC (Day Old Chick), pakan, vaksin, peternakan budidaya, pemotongan, sampai olahan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Aturan sekarang nggak lindungi peternak rakyat. Akhirnya jumlah peternak tergerus terus karena kalah saing pasti. Bayangkan, tahun 2000 peternak rakyat kita masih sekitar 2,5 juta orang. Sekarang berkurang secara sistemik jadi hanya 170.000 orang," ujar Sugeng, ditemui di Kongres Nasional Peternak Rakyat 2016 di TMII, Jakarta, Senin (28/11/2016).

"Dulu ayam broiler 80% dikuasai peternak rakyat, 20% oleh integrator. Sekarang 80% lebih oleh integrator, karena integrator masuk ke budidaya yang sebelumnya terlarang," katanya lagi.

Diizinkannya perusahaan integrator masuk ke budidaya unggas setelah pemerintah mencabut UU Nomor 6 Tahun 1967, yang digantikan dengan UU Nomor 18 Tahun 2009 di era Menteri Pertanian Suswono.

Menurutnya, dari produksi ayam broiler per minggu sebesar 60 juta ekor, hanya 10 juta saja yang dipenuni oleh peternak rakyat. Padahal, seharusnya usaha budidaya seharusnya diperuntukkan untuk peternak kecil lantaran integrator sudah mengambil untung cukup banyak dari penjualan DOC, pakan, sampai Sapronak (Sarana Produksi Peternakan).

"Harusnya peternak kecil ini dilindungi, silakan integrator budidaya tapi untuk kebutuhan ekspor. Atau ada segmentasi pasar, pasar becek jangan dimasuki integrator, kalau pasar bersih silakan untuk integrator," jelas Sugeng. (wdl/wdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads