Plt Gubernur DKI: Harga Pangan Tetap Stabil Jelang Natal dan Tahun Baru

Plt Gubernur DKI: Harga Pangan Tetap Stabil Jelang Natal dan Tahun Baru

Haris Fadhi - detikFinance
Senin, 28 Nov 2016 19:40 WIB
Foto: Yulida Medistiara
Jakarta - Menjelang hari raya seperti Natal dan Tahun Baru biasanya terjadi kenaikan harga bahan pangan. Hal ini telah diantisipasi Pemprov DKI Jakarta.

"Kita akan sering melakukan pasar murah. Setelah ini pasar murah akan kita buka di mana-mana, intinya memastikan harga di pasar lebih murah dari pada harga yang lain," kata Plt Gubernur DKI Jakarta, Sumarsono, di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (28/11/2016).

Pasar murah ini, kata Sumartono, mirip seperti operasi pasar. Namun menurutnya operasi pasar dilakukan jika harga sudah naik di atas 10%, sedangkan pasar murah dilakukan untuk menjaga harga tidak naik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini walaupun belum naik tetap kita lakukan pasar murah. Karena kalau sudah naik sulit dikendalikan," jelasnya.

Selain itu dia juga menjelaskan strategi untuk menjaga harga cabai agar stabil. Ia menginginkan adanya upaya menggunakan tanah miliki pemerintah untuk menanam cabai di samping menjaga pasokan dari daerah penghasil cabai sekitar Jakarta.

"Kita kerjasama dengan daerah lain untuk menjaga stok, terutama daerah-daerah penyangga Jakarta. Supaya jangan masuk ke tengkulak dan sampai sini harganya mahal," ungkap Sumarsono (Soni).

Selain cabai, dirinya juga telah membentuk tim untuk observasi harga beras dan gula yang masuk ke Jakarta. Hal itu dilakukan untuk menekan biaya distribusi dari produsen ke konsumen agar harga jual di Jakarta tidak begitu tinggi.

"Selama ini memang harga mahal karena link-nya terlalu banyak. Kita mau langsung saja buy dari produsen langsung ke Jakarta gitulah," katanya.

Selain upaya menjamin harga tetap stabil, Ia juga menjamin stok beras tetap tersedia untuk tiga bulan ke depan.

"Persedian stok sekarang itu sudah dihitung untuk kepentingan stok 3 bulan. Jadi mungkin sekarang 5 ribu ton, jadi stok selalu diprediksi untuk 3 bulan," imbuhnya.

Jangka waktu 3 bulan menurutnya adalah hal yang normal karena beras dapat menurun kualitasnya jika disimpan lebih lama.

"Kalau kelamaan juga beras akan kuning dan seterusnya. Sehingga stok 3 bulan ini aman," ucap pria yang akrab disapa Soni ini.

Akan tetapi, Soni mengkhawatirkan stok daging sapi pada periode tersebut. Sebab stok yang tersedia belum bisa memenuhi permintaan.

"Kalau daging memang relatif agak khawatir karena stok domestik. Itu kebutuhan 600 ekor per hari tapi kita dari PD Dharma ini hanya mampu 350 ekor dari NTT sebulan sekali," ujarnya.

"Bisa bayangkan enggak harga impor katakanlah Rp 90 ribu, sapi lokal Rp 120 ribu. Jadi orang akhirnya lebih cinta daging impor daripada domestik. Itu kan secara nasionalisme enggak bagus," pungkasnya. (ang/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads