Luhut Bicara Soal 'Trump Effect' ke Ekonomi Dunia

Luhut Bicara Soal 'Trump Effect' ke Ekonomi Dunia

Michael Agustinus - detikFinance
Kamis, 01 Des 2016 15:36 WIB
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta - Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) ke-45 mengejutkan dunia. Para pelaku usaha di seluruh dunia masih menunggu kebijakan ekonomi yang akan dibuat Trump.

Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengungkapkan, belum dapat diketahui apa dan bagaimana kebijakan ekonomi Trump, serta dampaknya pada perekonomian global. Memang ada kekhawatiran Trump menjalankan kebijakan yang proteksionis sebagaimana disampaikan dalam kampanyenya.

Kalau proteksi besar-besaran dilakukan Trump, menurut Luhut, efeknya bisa sangat buruk pada perekonomian dunia, termasuk Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dampak trade war AS dengan China kita belum tahu. Apa yang mau dia (Trump) lakukan? Kalau yang dia kampanyekan itu dilakukan, itu akan memporakporandakan ekonomi dunia," kata Luhut dalam Seminar Nasional Kemaritiman di Hotel Mulia, Jakarta, Kamis (1/12/2016).

Rencana Trump yang membuat ketar-ketir berbagai negara, termasuk Indonesia, di antaranya adalah tax amnesty. Trump berencana membuat program pengampunan pajak untuk membawa pulang aset-aset warga AS yang tersimpan di luar negeri.

Uang warga AS yang ada di luar negeri nilainya diperkirakan mencapai US$ 1.680 miliar. Jika ada tax amnesty, tentu uang dolar yang ada di berbagai negara akan 'pulang kampung' ke AS. Itu bisa menguras cadangan devisa negara-negara di seluruh dunia. Kurs hampir semua mata uang akan anjlok, dan nilai tukar dolar melambung tinggi.

"Trump berencana membuat tax amnesty, seperti di Indonesia. Dia ingin bawa untung-untung warga AS di luar negeri itu dibawa pulang. Kalau ini terjadi, international currency akan bermasalah. US$ 1.680 miliar, ini luar biasa," paparnya.

Untuk sementara efek Donald Trump pada perekonomian Indonesia masih kecil sekali. Pasca terpilihnya Trump baru-baru ini, nilai tukar hampir semua mata uang terhadap dolar AS terdepresiasi. Tapi depresiasi rupiah hanya 2,5%, tergolong kecil.

"Setelah Trump terpilih, rupiah hanya terdepresiasi 2,5%. Jadi fundamental ekonomi kita masih cukup bagus," tutupnya. (hns/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads