Kerjasama ini bertujuan untuk meningkatkan keandalan infrastruktur, yang salah satunya dinilai dengan pemenuhan terhadap aspek keselamatan (safety). Aspek keselamatan tidak hanya ditinjau pada saat pelaksanaan konstruksi tetapi juga saat masa pemanfaatan, pemeliharaan sampai pembongkaran infrastruktur tersebut.
"Tujuan utama kerja sama ini mendiagnosa fasilitas pokok untuk negara Indonesia supaya kita dapat membuat peraturan baru untuk menjaga keselamatan masyarakat Indonesia," Country Director KOICA, Oh Ki Yun di Hotel Century Park, Jakarta, Selasa (6/12/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Korea Selatan pernah mengalami, di mana Jembatan Sungsoo dan pusat perbelanjaan Sampoong pernah runtuh akibat manajemen konstruksi yang kurang baik. Sedangkan Indonesia pernah mengalami runtuhnya jembatan Kutai dan Cisandeu.
Bersamaan dengan itu, kerja sama ini dapat mendukung knowledge transfer terkait sistem manajemen keselamatan infrastruktur di Indonesia.
Disamping itu, CEO KISTEC (Korea Infrastructure Safety & Technology Corporation), Kang Young Jong juga memperkenalkan 3.0 policy, yaitu kebijakan mengenai sistem yang mengatur information sharing terkait data inspeksi konstruksi. Produk akhir dari kerja sama ini adalah terwujudnya kerangka kebijakan institusional untuk manajemen keselamatan fasilitas publik di Indonesia serta dokumen manual inspeksi keselamatan untuk jembatan.
"Memang setelah terjadi kasus tragedi itu, ada pendirian KISTEC, karena belum pernah terjadi kasus seperti itu selama ini. Setahu saya, karena ada kasus runtuhan jembatan Kutai di kalimantan, pemerintah Indonesia ingin meningkatkan diagnosa tentang fasilitas keamanan nasional," ungkapnya dalam kesempatan yang sama.
"Kami telah menggambarkan cetakan masa depan. Sekarang tinggal membuat rencana sesuai cetakan yang telah dibuat," tukasnya. (dna/dna)











































