Wakil Direktur Utama Pertamina, Ahmad Bambang, mengungkapkan pihaknya saat ini masih mencari sejumlah partner untuk memproduksi panel surya dan baterai tersebut. Salah satunya dengan PT LEN (Persero).
"Targetnya 2017 sudah mulai bangun, pabrik bisa di mana saja. Sekarang masih cari partner bangun pabrik di sini, kalau cari ahli sendiri dan riset sendiri, kita ketinggalan. Tapi sambil bangun, kita kembangkan riset sendiri," jelas Bambang di kantor pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (7/12/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Teknologi panel surya kita bisa pakai Panasonic atau dari Korea. Kalau baterai kita pastikan pakai yang ion, karena ukuran kecil tapi daya tampungnya besar, jadi kita bisa buat lebih tipis dan tahan lama. 2017 baru mulai ya (bangun)," ucap Bambang.
Selama ini, sambungnya, permintaan panel surya maupun baterai sangat tinggi seiring kesadaran masyarakat akan energi baru terbarukan. Di sisi lain, pemerintah juga tengah tancap gas memperbanyak penggunaan energi non fosil.
"Buat mobil listrik kan banyak. Nah rumah-rumah sekarang banyak yang pakai solar cell, itu yang mau kita garap dulu. Mereka pakai solar cell di atap rumah tapi hanya untuk mengurangi penggunaan listrik di siang hari, karena tak punya baterai. Baterai mahal di sini," kata Bambang.
Bambang menjelaskan, untuk kerja sama dengan LEN sendiri dilakukan untuk membuat alat pendeteksi kerusakan pada baterai untuk panel surya.
"Anda lihat di jalan tol sudah banyak sekali pakai solar cell. Dengan LEN kita bikin semacam remote control untuk mengetahui apakah baterainya itu sudah soak apa belum, nanti bisa terdeteksi," pungkasnya. (hns/hns)











































