Kentang impor itu mayoritas berasal dari Pakistan, sisanya dari India dan Bangladesh. Santi, pedagang kentang di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, berujar kentang impor laku keras di tengah melambungnya harga kentang lokal.
Namun demikian, stok kentang impor sangat terbatas dari importir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Larisnya kentang impor ini, lanjut dia, tak lepas dari harga kentang lokal asal Dieng yang sedang tinggi-tingginya. Saat normal harga kentang di tingkat petani di kisaran Rp 7.000-8.000/kg, namun ini melonjak Rp 11.000/kg.
"Kemarin harga lokal Rp 7.000/kg yang impor nggak laku. Sampai busuk 500 karung dibuang karena nggak laku. Yang lokal sekarang mahal, kalau harganya (kentang lokal) standar, nggak mau masuk impor," ujar Santi.
"Kita (pedagang) mengeluhnya ini lokal mahal, yang belanja nggak kuat, ada impor ya kita ambil. Kalau lokal murah, impor nggak laku," imbuhnya.
Menurut Santi, pembeli di pasar induk rata-rata adalah pedagang sayur pengecer di pasar-pasar tradisional yang sangat sensitif pada perubahan harga. Begitu harga kentang lokal melambung, kentang impor mendadak jadi barang buruan.
"Coba kontrol ke pasar kecil, ibu-ibu belanja Rp 10.000 maunya banyak, ada kentang, kol, wortel, ada cabai. Sekarang dia belanja kentang di sini saja sudah Rp 13.000/kg. Sedangkan yang belanja maunya Rp 10.000, ada kentang dan segala macam," tandasnya. (hns/hns)











































