Kondisi tersebut menimbulkan pesimisme, terutama bagi kalangan investor. Ada kekhawatiran Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) merealisasikan kebijakan pajak yang mampu memicu kenaikan suku bunga acuan lebih cepat dari yang dibayangkan.
"Market pesimis karena suku bunga AS bisa naik lebih cepat," kata Kepala Ekonom PT Bank BRI Tbk Anggito Abimanyu kepada detikFinance, Senin (12/12/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu bagaimana dengan Indonesia?
Meski demikian, Indonesia tidak akan seburuk yang dialami banyak negara. Program pengampunan pajak atau tax amnesty mendorong masuknya dana ke dalam negeri dalam jumlah cukup besar. Dolar AS diproyeksikan tahun depan berada pada rentang Rp 13.300 - 13.400.
"Dari tax amnesty ada inflow. Walaupun ada capital outflow tapi masih ada inflow, dan indeks tetap diproyeksikan akan menguat," ujarnya.
Ekspor Indonesia juga diproyeksikan mengalami peningkatan tahun depan. Ini terjadi seiring dengan kenaikan harga minyak dunia yang juga berpengaruh terhadap perbaikan untuk berbagai komoditas.
"Sehingga posisi Indonesia akan lebih baik dari yang lain. Meskipun seluruh negara terkena, dan cukup dalam," tegas Anggito. (mkl/dna)