Direktur Eksekutif Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo), Joni Liano mengungkapkan, pihaknya melihat ada kemungkinan upaya penurunan harga yang lumayan signifikan tersebut bisa direalisasikan. Kendati demikian, untuk saat ini sulit dilakukan, lantaran stok sapi di Australia sendiri sedang sedikit.
"Memang Australia sekarang lagi restocking (penambahan populasi), sapi populasinya turun. Jadi mereka melakukan ekspornya juga tidak banyak," kata Joni kepada detikFinance, Selasa (13/12/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kayak indukan ya sudah ada tapi mahal sekali, itu persoalannya, karena mereka merecovery sapinya. Otomatis mereka tahan yang indukan," ungkap Joni.
Meski demikian, jika memang penurunan harga sapi hidup sebesar AUD 1/kg bisa benar-benar direalisasikan, harga daging sapi yang dijual perusahaan penggemukan sapi (feedloter) akan turun sangat signifikan.
Diungkapkannya, harga pasaran untuk sapi bakalan hidup dari Negeri Kanguru tersebut saat ini sebesar sekitar US$ 3,5/kg atau Rp 46.563/kg (kurs Rp 13.305). Jika ada penurunan sebesar AUD 1/kg, maka sapi harga sapi bakalan hidup bisa turun menjadi US$ 2,75 atau Rp 36.588/kg.
"Dengan dia bisa turunkan positif, artinya pemerintah ikut bantu dan tahu apa yang dirasakan pengusaha feedloter," jelas Joni.
Menurut Joni, harga sapi juga bisa ditekan lagi setelah pemerintah menghapus sistem periode per kuartal dalam penetapan kuota impor. Hal ini membuat feedloter memiliki waktu yang lebih fleksibel dalam melakukan impor sapi.
"Sekarang sudah membaik, sekarang nggak ada periodesasi, asal izin yang didapatkan harus direalisasikan. Saya kira ini bisa memberikan kepastian impor, tentu juga berikan dampak pada harga, jadi beban biaya yang nggak perlu nggak dibebankan lagi," pungkasnya. (drk/drk)











































