Kepala Kantor Wilayah Pajak Khusus, M Haniv, menjelaskan proses negosiasi berhenti karena permintaan Google tak masuk akal.
"Nggak masuk akal yang mereka minta," ungkap M Haniv, Kepala Kantor Wilayah Pajak Khusus Ditjen Pajak di kantornya, Jakarta, Selasa (20/12/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jauh. Misalkan saya ungkapkan 10, dia masuk ke angka 2. Seperlimanya. Padahal angka itu sudah angka lebih kecil dalam setahun," jelasnya.
Pola negosiasi yang dilakukan oleh Google menurut Haniv seperti di pasar. Di mana ada tawar menawar pembayaran tagihan. "Saya settlement tuh maksudnya jangan sampai dibikin negosiasi kayak di pasar," tegas Haniv.
Penggunaan angka damai, kata Haniv sebenarnya tidak lazim dipergunakan dalam aktivitas pajak. Akan tetapi ini menjadi berbeda untuk kasus Google yang terhitung sebagai modus baru.
"Di pajak sebetulnya nggak biasa angka damai, namun dunia tren-nya begitu," tandasnya. (mkl/hns)











































