Dengan keterjangkauan yang mudah dan sudah pasti biaya pengiriman yang murah membuat makanan buatan Malaysia ramai diperjualbelikan di daerah perbatasan. Makanan buatan Malaysia yang ditampilkan di etalase toko, antara lain biskuit kacang, biskuit cokelat, wafer, hingga susu cokelat rapi tersusun di sudut salah satu toko di Entikong.
![]() |
Ramainya makanan asal Malaysia di daerah perbatasan bukan tanpa sebab, lebih cepatnya pengiriman makanan dari negeri sebelah membuat pemilik toko memilih makanan bertuliskan Made in Malaysia untuk dipajang di salah satu sudut tokonya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tentunya masuknya makanan asal negeri jiran terlebih dahulu melalui pemeriksaan Bea dan Cukai di PLBN Entikong. Kemudian sang kurir wajib membayar sejumlah bea masuk sebelum didistribusikan ke toko-toko di sekitar perbatasan di Entikong.
"Lewat PLBN Entikong, mereka bayar juga," tutur Sofyanto.
![]() |
Makanan pabrikan Malaysia tersebut dijual mulai dari Rp 20.000 hingga Rp 198.000 untuk biskuit kacang dalam kaleng besar. Makanan buatan Malaysia dikemas dalam berbagai jenis, ada yang dikemas dalam plastik dan juga ada yang dalam kemasan toples.
"Kalau yang paling mahal biskuit kacang ini per toples Rp 198.000. Kalau yang lain ada yang murah juga dari Rp 20.000," tutur Sofyanto.
![]() |
Makanan asal Malaysia umumnya dibeli untuk dikonsumsi pribadi dan juga ada yang dibeli sebagai buah tangan.
"Milo paling banyak dibeli, kadang juga dijadikan sebagai oleh-oleh," tutup Sofyanto. (drk/drk)