"Perbankan partisipasinya di bidang financing infrastruktur hanya di bawah 10%, sekitar 8-10%. Orang bank katakan ini karena source-nya dari tabungan, deposit dan lainnya yang waktunya kurang dari 1 tahun, belum lagi kalau bicara exposure," ujar Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam Seminar Nasional Infrastruktur 2016 di Hotel Four Season, Jakarta, Kamis (22/12/2016).
Dia mencontohkan, banyak direksi bank BUMN yang enggan mendanai proyek infrastruktur lantaran keterbatasan likuiditas. Padahal seharusnya bankir bisa berinovasi untuk sumber pendanaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi saya challenge, bankir yang hidupnya keren-keren setiap hari, lakukan inovasi untuk pushing. Jangan cuma hidup di comfort zone," tandasnya.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini berujar, masyarakat sebenarnya sangat berminat pada instrumen untuk pembiayaan infrastruktur. Hal inilah yang seharusnya dilakukan perbankan agar tak lagi mengandalkan simpanan jangka pendek.
"Obligasi korporasi untuk infrastruktur itu juga less 20%. Kita ini sedang growing middle class. Pemerintah jual sukuk selalu oversubscribed 4 kali lipat. Artinya masyarakat ini aspirasi membiayai infrastruktur sangat tinggi, instrumennya ini yang sedikit," pungkas Sri Mulyani. (hns/hns)











































