Ekonom Mandiri Sekuritas, Leo Putra Rinaldy, mengatakan kebijakan-kebijakan agresif seperti yang dikatakan Trump saat kampanye tidak akan berdampak besar pada ekonomi Indonesia.
"Kalau Trump ingin melakukan proteksi perdagangan, tentu AS akan menyasar negara-negara yang perdagangannya dengan AS surplus. Tapi kalau lihat trade Indonesia-AS, itu sangat kecil, jadi Indonesia nggak masuk hitungan," jelas Leo saat paparan Economic Outlook 2017 di Plaza Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (22/12/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menilai, justru yang harusnya paling diwaspadai Indonesia adalah gejolak ekonomi di China, lantaran dampaknya jauh lebih besar ketimbang AS.
Setiap pertumbuhan 1% GDP China akan berpengaruh pada 0,1% pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Sementara pengaruh pertumbuhan ekonomi Jepang dan AS ke Indonesia tidak sampai setengahnya pengaruh China," terangnya.
"China ini dampaknya lebih besar untuk Indonesia. Lihat FDI (investasi langsung) China ke Indonesia itu ketiga terbesar, dan itu terus mengalami kenaikan, dulu China malah tak pernah masuk top ten. Sementara AS itu urutan nomor 8, dan kecenderungannya terus turun," jelas Leo.
Jika kebijakan-kebijakan Trump yang dilontarkan saat kampanye benar-benar diterapkan, itu hanya akan berdampak besar pada sisi finansial Indonesia.
"Impact Trump ke Indonesia sangat kecil dibanding negara lain, ekonomi kita bergantung pada konsumsi dalam negeri. Tapi di pasar finansial ini pengaruhnya besar. Karena begitu kenaikan bond rate di AS pasti akan sangat berpengaruh ke pasar finansial kita. Jadi fundamental ekonomi kita tidak banyak dipengaruhi Trump, namun dampak finansialnya cukup besar," pungkas Leo. (hns/hns)











































