Sirajuddin, Ketua Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Bidang Kerbau Provinsi Riau, mengungkapkan para peternak kerbau ini sakit hati dengan pembukaan keran impor daging kerbau asal India. Padahal, kata dia, para peternak kerbau, selama ini juga tak mendapat perlakuan istimewa seperti halnya peternak sapi.
Padahal, menurutnya, jika kerbau lokal dikembangkan serius oleh pemerintah, hal ini bisa membantu pemenuhan daging yang murah karena tak terlalu bergantung pada daging sapi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diungkapkannya, harga daging kerbau lokal sendiri juga cukup murah. Para peternak kerbau di Riau sendiri selama ini kesulitan menjual kerbaunya lantaran permintaan daging kerbau terbilang sedikit.
"Di pasaran kita juga susah pasarin, karena orang sudah lama dicekokin daging sapi. Di Riau sendiri misalnya dari 10 pembeli, yang cari kerbau hanya 2, sisanya sapi. Kebanyakan yang cari daging kerbau Warung Padang. Padahal harga daging kerbau sekitar Rp 80.000/kg," ujar Sirajuddin yang memiliki 15 ekor kerbau di rumahnya di Kabupaten Kampar.
Dia melanjutkan, soal perhatian pemerintah pada peternak kerbau pun bisa dibilang nihil. Kondisi ini tentu berbeda dengan sapi yang selama ini masuk jadi program swasembada daging nasional.
"Kalau di sapi ada program inseminasi buatan atau pendampingan, selama ini memang ada yang buat kerbau? Selalu sapi yang diperhatikan. Concern hanya sapi, sekarang malah impor daging kerbau India," tandas Sirajuddin. (drk/drk)











































