Bisakah Impor Kentang untuk Industri Dihentikan? Ini Kata Kementan

Bisakah Impor Kentang untuk Industri Dihentikan? Ini Kata Kementan

Muhammad Idris - detikFinance
Selasa, 27 Des 2016 21:23 WIB
Foto: Muhammad Idris
Banjarnegara - Meski punya sentra produksi kentang di sejumlah daerah, setiap tahun Indonesia masih rutin mengimpor kentang. Impor paling besar yakni kentang jenis atlantik untuk industri makanan.

Direktur Budidaya dan Pasca Panen Sayuran Ditjen Hortikultura, Kementerian Pertanian (Kementan), Yanuardi, menjelaskan impor kentang antlantik tak bisa dihentikan secara total, namun harus bertahap lantaran selama ini industri menyangkut keberlangsungan bisnis.

Menurutnya, lantaran sudah ketergantungan terlalu lama pada kentang atlantik, tak serta merta bisa menggantikan bahan baku impornya dengan kentang lokal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Atlantik kan bukan kentang asli dari Indonesia. Khusus digunakan industri tertentu, seperti Indofood dan Wings, mereka punya standar mutu dan besarnya (ukuran) sudah ada standarnya yang sama. Kalau diganti kentang varietas lain nanti pengaruh ke kualitas. Secara harga juga nanti bisa berubah," jelasnya kepada detikFinance di sentra produksi kentang di Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Selasa (27/12/2016).

Yanuardi melanjutkan, meski bisa ditanam di Indonesia, petani membutuhkan jaminan kerja sama dengan industri lantaran kentang atlantik tak laku di pasaran.

"Kentang atlantik ini benar-benar khusus industri. Kalau petani tanam dia harus MoU dengan perusahaan, karena dia nggak bisa jual ke pasar. Di pasar nggak ada yang mau beli, orang maunya kentang sayur. Jadi rugi kalau tanam atlantik tanpa kerja sama dulu, nah ini yang mau kita fasilitasi," ujar Yanuardi.

Diungkapkannya, kentang atlantik sendiri sebagian besar diimpor dari Australia. Tahun ini saja, impor kentang untuk bahan baku keripik kentang tersebut mencapai 29.000 ton.

"Kita keluarkan rekomendasi (impor) atlantik paling besar dari Australia. Selain atlantik kita tidak keluarkan rekomendasinya," pungkas Yanuardi.

(idr/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads